Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Warga Rusia Keluhkan Kenaikan Harga Barang dan Gangguan Pembayaran Digital

MOSKWA, KOMPAS.com – Warga Rusia mulai merasakan dampak sanksi yang diberlakukan Barat setelah negara mereka melakukan invasi ke Ukraina.

Pada Pekan ini, antrean panjang pembeli seringkali terlihat di luar toko IKEA di dekat Moskwa.

Banyak warga Rusia rela mengantre untuk membeli barang di bawah sinar matahari yang terik.

Adegan serupa terjadi di seluruh Rusia ketika keluarga bergegas menghabiskan uang mereka yang terdepresiasi dengan cepat di ritel Swedia yang keluar dari negara yang dilanda krisis.

Rusia bersiap untuk masa depan yang tidak pasti dari inflasi yang melonjak, kesulitan ekonomi, dan tekanan yang lebih tajam pada barang-barang impor.

Rubel telah kehilangan sepertiga nilainya minggu ini setelah sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya dijatuhkan untuk menghukum Rusia karena menyerang Ukraina.

Dikutip dari Reuters, langkah itu membekukan sebagian besar cadangan bank sentral senilai 640 miliar dollar AS dan melarang beberapa bank dari sistem pembayaran global SWIFT, membuat rubel jatuh bebas.

Tapi, kota-kota di seluruh Rusia tampak masih tenang, dengan sedikit tanda dari krisis yang menghancurkan sektor keuangan dan pasar.

Kecuali antrean orang yang ingin membeli produk –sebagian besar barang dan perangkat keras kelas atas– sebelum rak kosong atau harga naik lebih jauh.

"Pembelian yang saya rencanakan dilakukan pada bulan April, saya segera membelinya hari ini. Seorang teman dari Voronezh juga menyuruh saya untuk membelikannya untuknya," kata pembelanja Viktoriya Voloshina di Rostov, sebuah kota berjarak 217 km (135 mil) dari Moskwa.

Voloshina mengatakan dirinya sedang mencari rak dan meja kantor dan juga berbelanja atas nama seorang teman dari kota lain.

"Hatiku hancur," ungkapnya kepada Reuters.

Dmitry, warga Moskw lainnya, menyesali kenaikan harga barang yang cepat.

"Jam tangan yang ingin saya beli sekarang berharga sekitar 100.000 rubel, dibandingkan dengan 40.000 rubel sekitar seminggu yang lalu," katanya, menolak memberikan nama keluarganya.

Meskipun tidak ada tanda-tanda kepanikan yang gamblang, penghapusan tabungan rubel dan penggandaan suku bunga menjadi 20 persen diyakini akan menekan pemegang hipotek dan konsumen.

Kondisi keuangan Rusia yang mencerminkan ketersediaan kredit dalam perekonomian telah diperketat secara brutal pada tahun ini, yang diprediksi Oxford Economics akan menyusutkan permintaan domestik sebesar 11 persen pada akhir tahun dan meningkatkan pengangguran sebesar 1,9 poin persentase pada tahun 2023.

Zach Witlin, seorang analis di Eurasia Group, mencatat sanksi sudah memukul konsumen melalui kenaikan harga dan gangguan pembayaran digital.

“Sementara konsumen tidak ditargetkan secara langsung (dari sanksi Barat), ketakutan dan kehati-hatian melebih-lebihkan dampaknya,” kata dia.

“Dengan keluarnya merek asing seperti IKEA menciptakan efek bola salju," ucap Zach Witlin memperingatkan.

“Semuanya perusahaan Rusia akan merasakan efek mengerikan”

Menurut Layanan Bea Cukai Federal Rusia, mobil, mesin, dan suku cadang mobil mencakup hampir setengah dari impor Rusia senilai 293 miliar dollar AS pada tahun lalu.

Pengurangan impor yang ketat oleh pemerintah Rusia dalam beberapa tahun terakhir berarti impor tahun 2021 tetap 7 persen di bawah level 2013, sebelum sanksi pertama menyusul pencaplokan Crimea oleh Rusia tahun 2014.

Ini juga meningkatkan perdagangan dengan China, yang merupakan satu-satunya negara yang meningkatkan ekspor ke Rusia sejak 2014.

Tetapi, penurunan lebih lanjut terlihat tak terelakkan ketika rubel jatuh, perusahaan asuransi menolak perlindungan untuk bisnis yang mengekspor ke Rusia, dan pengirim menjauh dari pelabuhan Rusia apakah akan mengekspor atau mengimpor.

“Sementara hanya beberapa perusahaan Rusia yang menjadi sasaran sanksi, semuanya akan merasakan efek mengerikan," kata Matt Townsend, mitra sanksi di firma hukum Allen & Overy.

"Inilah mengapa sanksi adalah tindakan yang sangat efektif untuk mengisolasi suatu negara," Townsend.

Guncangan ekonomi langsung akan menyebabkan kontraksi PDB 35 persen pada kuartal kedua dan penurunan 7 persen pada tahun 2022, prediksi JPMorgan.

“Tetapi peningkatan isolasi politik dan ekonomi akan membatasi potensi pertumbuhan Rusia di tahun-tahun mendatang," tambah Townsend.

RBC Global Asset Management memperingatkan, kondisi itu mungkin terjadi jika pembatasan membatasi akuisisi teknologi yang diperlukan untuk mendukung industri bernilai tertinggi Rusia.

Pemerintahan Amerika Serikat (AS) sedang mempersiapkan aturan untuk mengekang kemampuan Moskwa untuk mengimpor smartphone, suku cadang pesawat, dan komponen mobil .

Tetapi perusahaan multinasional, dari perusahaan teknologi Apple dan Microsoft hingga produsen barang konsumen Nike dan Diageo, telah memutuskan hubungan dengan Rusia, yang berarti pembeli akan memiliki akses terbatas ke barang-barang konsumen yang telah mereka gunakan selama lebih dari tiga dekade.

Perusahaan-perusahaan China, sejauh ini tetap bertahan, dapat meraih beberapa pangsa pasar tetapi mereka juga dapat menjadi mangsa sanksi sekunder karena banyak produk mereka seperti smartphone menggunakan teknologi asal AS.

Beberapa orang Rusia tidak tinggal untuk mencari tahu.

Lidia, seorang pekerja lepas dari Rostov mengatakan pembatasan pengiriman uang mempersulit penerimaan pembayaran dari luar negeri.

"Sanksi telah memukul saya sangat keras. Harga sudah naik sekitar 20 persen. Itu fakta bahwa Anda sudah tidak dapat membeli obat-obatan. Keadaan akan menjadi lebih buruk," katanya.

"Hari ini saya dan keluarga saya akan meninggalkan Rusia," ungkap Lidia.

https://www.kompas.com/global/read/2022/03/06/081500170/warga-rusia-keluhkan-kenaikan-harga-barang-dan-gangguan-pembayaran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke