Manila pada Senin (10/1/2022) memperingatkan, larangan ekspor batu bara Indonesia akan merugikan negara-negara yang bergantung pada batu bara.
Indonesia sebagai pengekspor batu bara terbesar di dunia yang digunakan untuk menghasilkan listrik, bulan ini menghentikan pengiriman bahan bakar fosil itu untuk mengamankan pasokan listrik domestiknya.
Filipina mengimpor sekitar 70 persen dari pasokan batu baranya dan hampir 97 persennya berasal dari Indonesia, menurut data resmi. Sebagian besar batu bara digunakan untuk pembangkit listrik.
Larangan Indonesia pada Januari tentang ekspor batu bara akan merugikan negara-negara seperti Filipina yang mengandalkan tenaga batu bara, tulis Menteri Energi Filipina Alfonso Cusi dalam surat kepada mitranya dari Indonesia pada Kamis (6/1/2022), menurut pernyataan Kementerian Energi Filipina pada Senin (10/1/2022).
"Listrik yang dihasilkan dari batu bara mencakup sekitar 60 persen dari kebutuhan listrik negara," tambah Cusi dikutip dari AFP.
Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin diminta untuk mengajukan banding atas keputusan Indonesia melalui ASEAN, kata pernyataan itu.
Jepang dan Korea Selatan juga mengeluarkan imbauan serupa ke Indonesia.
Larangan ekspor Indonesia diberlakukan setelah penambang batu bara tak bisa memenuhi kewajibannya untuk menyisihkan 25 persen produksinya untuk pasar domestik.
Itu membuat harga batu bara global lebih tinggi, karena permintaan musim dingin di belahan bumi utara untuk energi memuncak.
Tahun lalu Filipina mengimpor 2,3 juta metrik ton batu bara per bulan dari Indonesia, kata Cusi.
"Kami tidak mengejar seluruh produksi Indonesia. Yang kami inginkan hanyalah apa yang sudah kami dapatkan," kata juru bicara Kementerian Energi Filipina William Fuentebella.
Kementerian Energi Filipina akan bertemu dengan operator pembangkit listrik tenaga batu bara negara itu pekan ini, kata para pejabat terkait.
https://www.kompas.com/global/read/2022/01/11/104500170/97-persen-impor-dari-ri-filipina-ikut-desak-indonesia-cabut-larangan