Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Akankah Angkatan Udara China Lampaui Superioritas AS di Angkasa?

Investasi bernilai jutaan dolar yang digelontorkan oleh Departemen Pertahanan AS atau Pentagon dalam meningkatkan kapasitas pesawat tempur, sistem persenjataan satelit, dan pesawat kargo milik angkatan udara (AU) AS telah membuat mereka menjadi yang terdepan dalam kekuatan militer dunia.

Namun kini, Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) telah melakukan modernisasi terhadap angkatan udaranya. Pimpinan mereka dan para analis memperkirakan bahwa Washington mungkin tidak dapat lagi berbangga diri akan kekuatan yang dimiliki oleh angkatan udaranya.

Berbicara dalam Konferensi Asosiasi Angkatan Udara pada bulan lalu, Jenderal Charles Brown Jr, yang merupakan Kepala Staf Angkatan Udara AS, mengatakan bahwa PLA memiliki “armada udara terbesar di kawasan Pasifik” dan mereka telah membangun kekuatannya “tanpa sepengetahuan kita.” Brown memprediksi bahwa kekuatan angkatan udara China dapat melampaui AS pada 2035.

“Pada beberapa area yang penting, kita sudah ketinggalan - saat ini. Hal ini bukanlah masalah yang terjadi esok hari. Ini adalah masalah hari ini.”

Hinote mengatakan pada awak media bahwa sebagai orang yang sadar akan bukti bukti dari perkembangan yang terjadi, ia percaya bahwa China telah berada dalam posisi yang setara dalam hal kekuatan angkatan udaranya, dan ia juga memperingati bahwa “kondisi sekarang lebih cenderung pada merah (merujuk pada China).”

“Mereka menerbangkan rombongan pesawat tempur J-16 dalam jumlah yang banyak. Itu menunjukkan kapasitas (AU) terbaru mereka,” kata Eric Heginbotham, peneliti hubungan internasional di Institut Teknologi Massachuset (MIT).

“Mereka memperlihatkan armada yang lengkap. Mereka juga mengirim pesawat anti-serangan kapal selam. Jadi, mereka menunjukkan banyak hal dalam kesempatan tersebut.”

Menurut artikel yang terbit pada situs resmi Angkatan Udara AS, Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall menyebutkan China sebanyak 27 kali dalam pidatonya yang disampaikan dalam konferensi Angkatan Udara pada bulan lalu.

Sebagai perbandingan, ia hanya menyebut Rusia sebanyak satu kali dan Afghanistan sebanyak dua kali.

Pada bulan Agustus lalu, Kendall, yang merupakan pemimpin sipil utama dalam angkatan udara AS, juga telah berjanji untuk mengembangkan lebih banyak teknologi terdepan untuk “menakuti China.”

Didorong oleh peningkatan kekuatan yang ditunjukan oleh angkatan Udara China, Wang Wei, pejabat senior dari AU China, merespons pernyataan “menakuti China” yang dilontarkan oleh Kendall dengan mengajak angkatan udara AS untuk bertemu di udara.

“Seorang rekan asing mengklaim bahwa mereka ingin membuat takut angkatan udara China. Jika memang mereka berani, mari bertemu di atas awan!”

Cristina Garafola, peneliti kebijakan di RAND Corporation, mengatakan dalam e-mail yang ia tulis kepada VOA, ketika digabungkan dengan kekuatan angkatan darat China, “peningkatan kapabilitas dari AU China itu akan memperkeruh kerumitan dari operasi udara yang terjadi di wilayah Indo-Pasifik.”

Sementara itu, Timothy Health, peneliti senior isu pertahanan di lembaga yang sama, mengatakan walaupun Angkatan Udara China masih tertinggal dalam hal kemampuan perang dana teknologi dari angkatan udara AS, jumlah tentara China yang cukup besar dapat menjadi ancaman bagi AS dalam upayanya mengintervensi konflik mengenai Taiwan.

Kepada VOA dia mengatakan karena jarak antara Taiwan dan China yang dekat, tentara China dapat menggunakan berbagai senjata pelengkap seperti rudal darat-ke-udara dan rudal balistik anti-kapal untuk menyerang pesawat-pesawat dan landasan udara Amerika Serikat.

“Kapasitas perlawanan terhadap intervensi ini dapat membantu angkatan udara China sekecil apapun dalam pertempuran yang terjadi di dekat Taiwan.”

Para analis juga mengatakan bahwa jarak akan menjadi faktor penentu dalam setiap pertempuran udara yang terjadi di kawasan Pasifik.

Taiwan hanya berjarak sekitar 161 kilometer dari tepi pantai China. Jarak tersebut jauh lebih dekat jika dibandingkan dengan pangkalan udara AS di Okinawa, Jepang, dan juga Guam yang masing-masing berada sekitar lebih dari 7.000 kilometer dan 2.700 kilometer dari Taiwan.

“AS mungkin dapat mengontrol wilayah udara di Taiwan dalam jangka pendek, tetapi tampaknya akan terlalu jauh untuk mempertahankan kontrol tersebut lebih dari satu atau dua jam,” kata Peter Layton, akademisi dari Griffith Asia Institute di Brisbane, Australia, kepada VOA.

Dalam wawancara dengan Air Force Times pada bulan lalu, Kendall berujar bahwa mengatakan militer AS adalah kekuatan yang dominan hanyalah sebuah asumsi. “Kekuatan militer kami memang cukup dominan namun ketika (kami) berada sekitar 1.000 mil (1.610 kilometer) dari China, hal itu dapat berubah,” ia mengatakan.

“Perbedaannya adalah terdapat kemungkinan bahwa China dapat menantang (AS) di wilayah tersebut untuk waktu-waktu tertentu,” kata Heginbotham dalam percakapan melalui telepon kepada VOA.

Menyebut China sebagai “puncak musuh” yang didukung dengan kapabilitas yang luas dalam operasi spektrum elektromagnetiknya, Jenderal Mark Kelly, Panglima Komando Pertempuran Udara, mengatakan pada bulan lalu bahwa Angkatan Udara AS dapat kalah dalam pertempuran melawan Angkatan Udara China.

Ia menganggap China telah berhasil mengklaim sebagian wilayah Laut China Selatan “tanpa menembakkan satu peluru pun.”

Supremasi dan superioritas

Dalam beberapa tahun belakangan, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kekuatan Angkatan Udara AS mungkin akan segera terlampaui oleh China.

Pada 2015, sebuah penelitian yang dilakukan oleh lembaga think thank RAND Corporation yang berbasis California, di mana Heginbotham menjadi penulis utama dalam penelitian tersebut, menemukan bahwa sementara AS mempertahankan kapabilitas kekuatan angkatan udaranya yang tak tertandingi, “pengembangan yang terus menerus dilakukan oleh Angkatan Udara China membuat AS kesulitan untuk mempertahankan kejayaannya secara politis maupun secara operasional dalam kurun kurun waktu yang efektif, terutama pada skenario yang dekat dengan wilayah daratan China.”

“Penelitian tentang kekuatan angkatan udara AS pada 2016 menunjukkan bukti kuat bahwa AS akan kehilangan kejayaannya dalam pertempuran jarak jauh,” Layton mengatakan kepada VOA.

“Angkatan Udara AS memiliki program modernisasi peralatan untuk menangani masalah ini, seperti jet pengebom B-21 dan jet tempur Air Dominance generasi terbaru, namun pembaharuan ini tampaknya tidak akan berpengaruh besar hingga 2030.”

Layton mengatakan dalam sebuah blog bahwa cara berpikir Angkatan Udara AS dalam mempertunjukkan kekuatannya telah berubah sejak Perang Dingin berakhir.

Ketika Washington telah melihat dirinya sebagai satu-satunya kekuatan terbesar di dunia, istilah yang sering muncul adalah “kejayaan di udara.”

Saat ini, ketika ancaman dapat dikelola dalam waktu dan tempat tertentu, tujuan dari angkatan udara AS berubah menjadi “superioritas di udara."

https://www.kompas.com/global/read/2021/10/16/191447770/akankah-angkatan-udara-china-lampaui-superioritas-as-di-angkasa

Terkini Lainnya

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Global
 Paket Bantuan Senjata Besar-besaran AS: Taiwan Senang, China Meradang

Paket Bantuan Senjata Besar-besaran AS: Taiwan Senang, China Meradang

Global
Lolos ke Kontes Miss Argentina, Alejandra Viral Penampilan Muda Meski Usianya 60

Lolos ke Kontes Miss Argentina, Alejandra Viral Penampilan Muda Meski Usianya 60

Global
Ukraina Mulai Gunakan Rudal Balistik Jarak Jauh untuk Serang Rusia

Ukraina Mulai Gunakan Rudal Balistik Jarak Jauh untuk Serang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke