Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemilu Jerman: Profil Armin Laschet, Calon Kanselir Baru yang Kerap Membalik Prediksi

Kandidat kanselir baru Jerman dari partainya Angela Merkel ini kampanyenya tidak berjalan lancar, tetapi bukan berarti tak ada peluang menang di pemilu Jerman.

Armin Laschet (60) dikenal sebagai orang yang ramah dan memiliki reputasi yang digambarkan oleh majalah Der Spiegel sebagai kemampuan "mengabaikan" lawan-lawannya, bahkan ketika popularitasnya sedang turun.

Setelah terpilih sebagai kepala Partai Uni Demokratik Kristen (CDU) pada Januari, Laschet untuk beberapa waktu jelas difavoritkan memenangi pemilu Jerman, guna menggantikan posisi Angela Merkel yang mundur.

Namun, survei baru-baru ini menunjukkan aliansi konservatif CDU dan Christian Social Union (CSU), partai saudaranya di Bavaria, tertinggal di belakang Sosial Demokrat (SPD) dan berada di ambang hasil pemilu Jerman terburuk sejak Perang Dunia II.

Titik rendah Armin Laschet adalah pada Juli ketika tertangkap kamera sedang tertawa saat memberikan penghormatan kepada para korban banjir di Rhine-Westphalia Utara. Dia adalah pemimpin regional wilayah itu.

Armin Laschet juga banyak dikritik karena tanggapannya yang ragu-ragu terhadap pandemi Covid-19 di wilayah itu.

Surat kabar Sueddeutsche Zeitung bahkan menyebut Armin Laschet terkadang bertindak impulsif.

Armin Laschet sebelumnya tak diperkirakan memenangi suara untuk menjadi pemimpin CDU, dan melanjutkan untuk mengamankan nominasi konservatif untuk menjadi kandidat kanselir Jerman, setelah pertempuran berlarut-larut dengan Markus Soeder yang lebih populer dari CSU.

Dia juga secara tak terduga menang di pemilu Jerman regional 2017 yang di Rhine-Westphalia Utara, negara bagian terpadat di "Negeri Bir".

Saat ditanya dalam wawancara TV baru-baru ini apakah dia pikir sering diremehkan, Armin Laschet menjawab, "Banyak yang pasti salah perhitungan".

Sebagai pemeluk Katolik yang taat, Armin Laschet lahir di Aachen, Jerman barat, dekat perbatasan dengan Belgia dan Belanda. Ayahnya bekerja sebagai penggali batu bara.

"Ketika Anda turun di tambang, tidak masalah dari mana rekan Anda berasal, apa agamanya, atau seperti apa penampilannya. Yang penting, bisakah Anda mengandalkannya," katanya kepada rekan-rekan partai pada Januari, dikutip dari AFP.

Armin Laschet awalnya belajar hukum di Munich sebelum bekerja sebagai jurnalis, termasuk selama beberapa tahun menjadi editor surat kabar Katolik.

Setelah pertama kali bergabung dengan CDU saat remaja, ia terpilih menjadi anggota parlemen Jerman Bundestag pada 1994 dan menjadi anggota Parlemen Eropa lima tahun kemudian.

Armin Laschet lalu menjadi kepala CDU di Rhine-Westphalia Utara pada 2012, dan dinyatakan sebagai perdana menteri di sana sejak 2017.

Armin Laschet juga fasih berbahasa Perancis. Istri sekaligus ibu dari tiga anaknya berasal dari Wallonian yang berbahasa Prancis. Mereka berjodoh setelah bertemu di paduan suara gereja.

Di kantornya di Duesseldorf, Armin Laschet menyimpan patung emas pahlawannya dan kerabat jauh yang diduga Charlemagne, raja Frank yang dipuji karena menyatukan Eropa. Panutan yang pas untuk pria yang sering dipuji karena kemampuan menyatukan.

"Polarisasi itu mudah, siapa pun bisa melakukannya," katanya dalam konferensi partai tahun ini.

"Kita harus berbicara dengan lugas, tetapi tidak mempolarisasi. Kita harus mampu berintegrasi. Menjaga masyarakat bersama dan menyatukannya, adalah kerja keras."

Armin Laschet turut dikenal karena kepribadiannya yang periang, tetapi dia juga menunjukkan sisi seriusnya ketika menanggapi krisis di Afghanistan, dengan menuduh NATO sebagai "bencana terbesar" dalam sejarahnya.

https://www.kompas.com/global/read/2021/09/26/141217970/pemilu-jerman-profil-armin-laschet-calon-kanselir-baru-yang-kerap

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke