Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Awal Mula Kerusuhan Myanmar: Dipicu Kudeta, Militer Berkuasa

Saat itu, sejumlah orang turun ke jalan di seluruh Myanmar. Mereka memprotes kudeta yang dilakukan angkatan bersenjata.

Polisi meresponsnya dengan senjata. Februari bergejolak di Myanmar. Awal tahun 2021 yang terasa sulit.

Apa yang sebenarnya terjadi di Myanmar?

Seperti sempat diulas Kompas.com, pihak militer Myanmar mengumumkan keadaan darurat di negara itu selama setahun.

Militer merebut kendali pada 1 Februari setelah Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi memenangkan pemilu.

Dilansir BBC, pihak angkatan bersenjata yang mendukung oposisi, menuntut pemungutan suara ulang dan mengklaim kemenangan yang terjadi sebagai penipuan.

Sementara itu, Komisi Pemilihan mengatakan tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut.

Kudeta pun terjadi saat sesi baru parlemen akan dibuka.

Suu Kyi pun ditahan dalam tahanan rumah dan didakwa memiliki walkie-talkie yang diimpor secara ilegal.

Sejumlah pejabat NLD yang lain juga ditahan.

Kekuasaan di Myanmar saat ini diserahkan kepada panglima tertinggi Min Aung Hlaing.

Ia adalah sosok yang selama ini memiliki pengaruh politik signifikan.

Dirinya berhasil mempertahankan kekuatan Tatmadaw (militer Myanmar) di saat negara itu dalam transisi menuju demokrasi.

Sosok Min Aung Hlaing adalah sosok yang menerima kecaman dan sanksi internasional atas dugaan perannya dalam serangan militer terhadap etnis minoritas.

Usai kudeta, ia mengeluarkan komentar publik pertamanya yang berupaya membenarkan tindakannya.

Ia menyebut militer berada di pihak rakyat dan akan membentuk demokrasi yang benar dan adil.

Ia juga menyebut, militer akan mengadakan pemilihan yang bebas dan adil usai keadaan darurat selesai.

Aksi demonstrasi masyarakat Myanmar pun terjadi menanggapi kudeta ini.

https://www.kompas.com/global/read/2021/09/17/162024770/awal-mula-kerusuhan-myanmar-dipicu-kudeta-militer-berkuasa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke