KOMPAS.com - Pria kelahiran 6 Desember 1948 ini masih tampak segar bugar di usianya yang menginjak 72 tahun.
Sorot kamera dulu jarang mengenainya, karena dia terbiasa membantu di belakang layar. Tapi tanpa dirinya, Jepang tak bisa mencapai kemajuan seperti saat ini.
Sekarang, pria ini lebih sering tampil di muka publik. Bukan lagi di balik layar.
Pria ini, Yoshihide Suga, adalah Perdana Menteri Jepang, menggantikan Shinzo Abe yang berkuasa hampir delapan tahun.
Suga menjabat Perdana Menteri sejak 2020 lalu. Dilansir DW, pria kelahiran Ogachi District, Prefektur Akita ini tampak segar karena gaya hidup sehatnya.
Suga dikenal sebagai orang yang disiplin. Dia tidak merokok atau minum alkohol. Dan konon, setiap pagi dia selalu senam dengan melakukan 200 sit up.
Dia juga segan tampil ke muka publik. Penampilan besar terakhirnya adalah ketika pada April tahun lalu dia ditugaskan mendeklarasikan era baru Reiwa di Jepang, yang menandai penggantian di pucuk Kekaisaran Jepang dari Kaisar Akihito ke putranya Naruhito.
Terpilihnya Suga sebagai pengganti Shinzo Abe di pucuk pimpinan Partai Demokrat Liberal Jepang LDP, lantas menandai bergantinya sebuah era.
Karena LDP merupakan partai penguasa, Suga dipastikan juga akan terpilih menjadi Perdana Menteri baru, setelah Shinzo Abe mengumumkan pengunduran diri.
Suga belajar ilmu politik di Universitas
Hosei di Tokyo dan terjun ke politik pada usia 26 tahun.
Ketika Shinzo Abe pertama kali menjadi Perdana Menteri tahun 2006, Suga diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri, kemudian mulai 2012, menjadi juru bicara pemerintah.
Analis politik Tobias Harris menyebutnya sudah meniti karier dari bawah dan mengumpulkan banyak pengalaman yang bisa menguntungkan posisinya.
"Dia kelihatannya punya pandangan menyeluruh tentang situasi politik dan pemerintahan ketimbang para pemimpin sebelumnya. Ini mungkin alasan yang bisa membangkitkan optimisme, jika dia mengambil alih jabatan," katanya.
Masih dilansir DW, Suga, mengaku sebagai anak petani yang kebetulan merintis karier politik.
"Saya anak sulung dari keluarga petani di distrik Akira. Karena bermaksud mengambil alih pertanian orang tua, saya usai sekolah pindah ke Tokyo," ujarnya.
"Saya harus bekerja di sebuah pabrik untuk membiayai kehidupan saya. Karena itu, saya terlambat dua tahun memulai kuliah di universitas," tambahnya.
Meski saat jadi tangan kanan Abe dirinya jarang mendapat lampu sorot, Suga adalah politisi yang punya visi, kata Tobias Harris.
Dialah yang melontarkan gagasan untuk membuka pasar Jepang bagi para imigran.
"Dia seorang realis, lebih daripada Abe. Dia punya visi bagaimana Jepang harus mengambil posisi di pasar global, agar tetap sukses," ujarnya.
https://www.kompas.com/global/read/2021/08/04/151130070/profil-pemimpin-dunia-yoshihide-suga-perdana-menteri-jepang