Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Momen Dua Sahabat Sepakat Berbagi Emas Olimpiade dan Cerita Kebangkitan dari Cedera

TOKYO, KOMPAS.com - Final Olimpiade Tokyo cabang lompat tinggi secara luar biasa berakhir dengan dua medali emas untuk Mutaz Essa Barshim dari Qatar dan Gianmarco Tamberi dari Italia.

Setelah kompetisi dua jam yang melelahkan, keduanya tak terpisahkan dan dengan bersih melakukan lompatan terbaik 2,37 meter.

Keduanya telah berusaha untuk menyamai rekor Olimpiade 2,39 meter. Namun baik Barshim dan Tamberi sama-sama gagal dalam tiga kali percobaan, melansir BBC.

Dengan ini penyelenggara mengajukan opsi untuk menentukan siapa yang akan memboyong medali emas Olimpiade Tokyo ke negaranya.

Mereka ditawarkan untuk melakukan lompatan penentuan dengan catatan bebas kesalahan pada hitungan mundur, untuk mengesahkan kepemilikan tunggal gelar (jump-off).

Alih-alih memilih tawaran itu, dua pria yang membina persahabatan kurang lebih sejak satu dekade lalu ini, justri membuat sejarah.

Untuk pertama kalinya sejak 1912, dua atlet berbagi podium untuk emas Olimpiade dalam atletik.

Versi video lainnya dengan jelas merekam momen-momen saat keputusan bersejarah itu akhirnya diambil.

Barshim dan Tamberi terlihat tengah diberi pengarahan terkait jump-off, setelah ofisial Olimpiade berusaha memecah kebuntuan dan menyatakan hasil pertandingan seri.

“Hasilnya seri. Kita bisa melanjutkan dengan jump off … (penentuan),” kata pengawas Olimpiade itu kepada kedua.

Tapi Barshim langsung balik bertanya: ”Apakah kami bisa memperoleh dua medali emas,”

Ofisial Olimpiade itu mengangguk, "Jika Anda setuju untuk membaginya ..."

Belum habis penjelasan keluar dari mulut pengawas pertandingan, tapi Barshim dan Tamberi tampaknya sudah menyatakan sepakat menghadirkan dua juara dalam pertandingan itu.

Mereka saling berpandangan dengan Barshim melemparkan anggukan dan mengulurkan tangannya untuk Tamberi (seolah menunggu kesepakatan).

Dengan penuh gairah Tamberi menyambut tangan rival yang juga sahabatnya itu, melompat ke arah Barshim dan memeluknya bergelayutan dengan emosi yang meluap-luap.

Pelukan tiba-tiba Tamberi tampaknya mengejutkan Barshim, yang menyeringai lebar setelah kemenangan bersama mereka.

Sementara Tamberi sudah melompat-lompat berlari ke pinggir arena. Dia berteriak sekencang-kencangnya sampai bersimpuh dan menjatuhkan dirinya ke lintasan lalu berguling-guling menutup mukanya seolah tak percaya.

Barshim dengan perayaan kemenangannya sendiri mengayunkan tangannya yang terkepal ke udara, lalu berlari ke area penonton di mana tim Qatar menyambutnya dengan bendera dan pelukan penuh kebanggaan.

Keduanya sama-sama meraih emas di Olimpiade Tokyo 2020.

Kedua pria itu akhirnya kembali bertemu dan mengambil beberapa waktu di trek bersama, berjalan berdampingan sambil melambaikan bendera negara masing-masing di atas kepala.

Bangkit dari Cedera

Dalam konferensi pers usai momen bersejarah itu, para pelompat menerangkan alasan mereka memilih opsi untuk berbagai medali, dan persahabatan lama mereka menjelaskan alasannya.

Kedua atlet mengenang tahun-tahun saat mereka harus mengatasi cedera berat dalam karier mereka.

Tetapi Barshim mengatakan pengorbanan itu sepadan, Luar biasa. Ini adalah mimpi yang saya tidak ingin bangun darinya."

"Saya telah melalui banyak hal. Sudah lima tahun saya menunggu, dengan cedera dan banyak kemunduran. Tapi kami di sini hari ini berbagi momen ini dan semua pengorbanan. Ini sangat berharga sekarang di saat ini," ungkap Barshim yang juga menambahkan medali emas ke gelar juara dunia berturut-turut nya, dan merupakan pemenang kedua kalinya medali emas Olimpiade Qatar.

Tamberi juga baru pulih dari cedera kaki cedera yang mengancam kariernya, mengharuskannya mengambil waktu istirahat dan gagal berlaga di Olimpiade Rio 2016.

Dalam sebuah foto selebrasi kemenangan lainnya, Tamberi terlihat memegang cast, bertuliskan “Road to Tokyo 2020” di atasnya, seakan dia telah lama mematri semangat dan impiannya untuk berlaga dalam kompetisi tahun ini.

"Setelah cedera saya, saya hanya ingin kembali, tetapi sekarang saya memiliki emas ini, itu luar biasa. Saya memimpikan ini berkali-kali," kata pria Italia itu.

"Saya diberitahu pada 2016 sebelum Rio ada risiko saya tidak akan bisa bersaing lagi. Ini adalah perjalanan yang panjang."

Mutaz-Essa Barshim dari Qatar dan Gianmarco Tamberi dari Italia telah lama bersahabat sejak kejuaraan dunia junior 2010 di New Brunswick, kompetisi yang dimenangkan Barshim.

Tapi, relasi keduanya tumbuh lebih dalam pada 2018 setelah perjuangan bersama mereka melawan cedera.

Pada 2018 Barshim mengalami cedera pergelangan kaki kiri yang parah.

Sementara Tamberi yang berurusan dengan cederanya sendiri kemudian dinyatakan bisa kembali ke kompetisi, meski dokter sebelumnya meragukan pemulihan totalnya.

Kebangkitan temannya itu membantu Barshim ikut bangkit kembali sekuat yang bisa dia lakukan untuk mengatasi lukanya.

"Cederanya sangat parah sehingga kami tidak bisa membayangkan kembali untuk melompat ... Secara mental, fisik, apa yang telah kita lalui -- dia tahu, saya tahu, itu (pemulihan cedera) membutuhkan banyak hal," kata Barshim menurut CBS mengutip Yahoo.

Seolah-olah alur cerita kembali ke masa-masa cedera mereka tidak cukup menginspirasi, pasangan itu juga mengatakan memutuskan berbagi medali emas untuk membuktikan bahwa menang tidak selalu berarti menghancurkan kompetisi secara mental.

Tamberi mengakui, bagaimanapun, itu membantu bahwa Barshim adalah lawannya dalam situasi ini.

"Bukan karena saya tidak menghormati orang lain..Saya menghormati semua pelompat tinggi yang ada di sana. Mutaz mengalami masalah yang sama dengan saya, dan saya tahu apa artinya kembali (ke pertandingan) setelah cedera itu. Saya tahu betapa frustrasinya itu."

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/04/061500670/momen-dua-sahabat-sepakat-berbagi-emas-olimpiade-dan-cerita-kebangkitan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke