Baku tembak pertama kali pecah pada Rabu malam (7/7/2021), membuat warga sampai harus mengungsi.
Maduro mengatakan, setidaknya 20 paramiliter Kolombia melatih kelompok-kelompok bersenjata yang terus melakukan penembakan.
Akibatnya sejumlah warga sipil menjadi korban tewas oleh peluru nyasar.
"Setidaknya ada 20 paramiliter Kolombia, kami menangkap tiga dengan senjata mereka, tampaknya yang lain terbunuh yang sedang diidentifikasi," kata Maduro di depan Istana Kepresidenan Miraflores.
"Saya tidak tahu apakah jumlah yang mereka berikan kepada saya benar, 10 tewas, dan ada orang lain yang melarikan diri dan kami sedang mencari mereka," lanjutnya dikutip dari AFP.
Angkatan bersenjata Venezuela terlibat bentrokan dengan kelompok bersenjata Kolombia di sepanjang perbatasan sejak 21 Maret.
Venezuela tidak menamai kelompok bersenjata yang disalahkan atas kerusuhan itu, hanya menyebut mereka "teroris" atau menghubungkannya dengan perdagangan narkoba atau dengan Presiden Kolombia Ivan Duque.
Namun, sumber-sumber keamanan di Kolombia mengatakan, mereka kemungkinan besar adalah pembangkang dari kelompok pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC).
Dugaan itu diyakini oleh Maduro, presiden yang menuduh Kolombia dan Amerika Serikat berusaha menggulingkannya.
Maduro mengatakan, paramiliter itu melatih penjahat dan teroris selama berbulan-bulan.
"Mereka memiliki parit, mereka memiliki tempat yang disebut bunker, mereka memiliki persiapan logistik khas paramiliter untuk perang di Caracas," katanya.
Maduro menambahkan bahwa ada 200-300 penjahat yang dibayar dengan uang dari perdagangan narkoba.
Venezuela dan Kolombia yang berbagi perbatasan sepanjang 2.200 kilometer, memutuskan hubungan diplomatik pada Januari 2019 setelah Bogota mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai Presiden Venezuela, bukan Maduro, buntut dari pemilu yang disengketakan.
https://www.kompas.com/global/read/2021/07/13/104604070/baku-tembak-dengan-aparat-venezuela-10-paramiliter-kolombia-tewas