KOMPAS.com - Tak lama pasca-meninggalnya ilmuwan ternama Galileo Galilei, tepatnya pada
4 Januari 1643, lahirlah sosok yang disebut sejarah sebagai salah satu ilmuwan paling penting.
Dia, yang lahir di dusun Woolsthorpe, Britania Raya, tak hanya mengambil ide Galilei tentang ilmu matematika gerak, tapi juga membawa karyanya semakin jauh, memenuhi hampir semua yang belum dicapai ilmuwan Italia itu.
Bayi mungil itu bernama Isaac Newton--yang bahkan dianggap tidak bisa bertahan hidup sejak hari pertama kelahirannya karena kondisinya terlalu lemah.
Tapi, Newton bertahan sampai usia 84 tahun, di mana hidupnya banyak diisi oleh teori rumit, yang sampai sekarang pun masih sangat bermanfaat bagi dunia.
Sewaktu sekolah, Newton tak langsung menjadi jenius. Dia bahkan hanya sedikit menguasai ilmu aritmatika dan lebih menonjol pada kemampuan bahasa Latin.
Pada Juni 1661, Newton masuk ke perguruan tinggi di Trinity College, Cambridge. Saat itu, revolusi ilmiah sedang terjadi di sana.
Pada tahun 1665-1666, wabah besar menyerang yang dikenal sebagai "Great Plague of London" membuat Newton tak bisa keluar rumah--sebuah kondisi yang amat kita kenal saat ini.
Dengan semangat muda yang menggebu, beserta kuliah yang belum selesai, Newton tentu tak berdiam saja di rumah.
Tahun-tahun selama berada di rumah itulah yang disebut "annus mirabilus" atau tahun keajaiban. Pemikiran moncernya keluar begitu saja. Newton seolah kejatuhan banyak teori baru--dan tentu saja karena dia sebenarnya memang jenius.
Menemukan Kalkulus dan Teori Optik
Pekerjaan rumah dari studi Newton membawanya pasa satu makalah penting. Sebagai matematikawan muda, dirinya sudah menemukan "masalah baru" ini di bangku kuliah.
Karena wabah dan mahasiswa terpaksa dipulangkan, Newton terombang-ambing sendirian di rumah, hingga akhirnya menyelesaikan makalahnya.
Makalah inilah cikal bakal ilmu kalkulus.
Newton juga tak pernah berhenti bereksperimen, termasuk memakai beberapa prisma yang ada kamarnya--yang saking getolnya, malah membuat jendelanya bolong.
Pengamatan dan berkali-kali pengamatan kemudian, bolongnya jendela itu adalah sejarah karena di hari itu, Newton menemukan apa yang disebut teori optik.
Menemukan Teori Gravitasi
Tentu saja orang yang yang banyak berpikir seperti Newton butuh waktu sejenak untuk melepas penat.
Di masa itu, tentu belum menjamur coffee shop seperti saat ini. Lagipula, saat itu juga sedang wabah. Newton pun lebih memilih nongkrong di kebun apelnya.
Dan semua orang tampaknya sudah tahu cerita legendaris ini.
Newton, merasa heran saat mendapati sebuah apel terus berjatuhan ke tanah dari pohonnya. Hal ini diceritakan jelas dalam buku "Memoirs of Sir Isaac Newton’s Life" karya William Stukeley.
"Dia bertanya kepada dirinya sendiri, "Mengapa apel itu harus selalu turun secara tegak lurus ke tanah?", "Mengapa apel itu tidak pergi ke samping, atau ke atas, tapi terus menuju ke pusat bumi?" tulis buku itu.
Benar. Tepat sekali. Jawabannya adalah karena "Bumi menariknya."
Teori gravitasi yang legendaris pun ditemukan.
Setelah wabah mereda, Newton kembali ke kampusnya pada 1667. Enam bulan kemudian, dia langsung menjadi profesor berkat teori-teori pentingnya.
Dan semua hal itu, dimulai dari setumpuk pekerjaan rumah, kaca yang berlubang, dan... apel yang berjatuhan di atas tanah.
https://www.kompas.com/global/read/2021/07/08/172251070/kisah-isaac-newton-temukan-teori-penting-lewat-banyak-kebetulan