NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Beberapa rakyat Myanmar memilih angkat senjata dengan membentuk kelompok-kelompok bela diri lokal dan membuat senapan untuk melawan junta militer.
Beberapa pabrik-pabrik senjata rakitan berdiri dan bersembunyi di pedalaman hutan Myanmar.
Negara tersebut berada dalam kekacauan dan ekonominya lumpuh sejak para jenderal menggulingkan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.
Beberapa komunitas di seluruh Myanmar, terutama di kota-kota, telah melihat banyaknya jumlah korban sipil tewas di tangan pasukan kemananan Myanmar.
Beberapa di antaranya memilih untuk tidak tinggal diam dan telah membentuk "pasukan pertahanan" lokal sebagaimana dilansir AFP, Sabtu (5/6/2021).
Di salah satu pabrik senjata darurat di negara bagian Kayah, dekat perbatasan Thailand, seorang pembuat senjata amatir bersiap untuk memasang pelatuk.
Yang lain melakukan finishing pada beberapa pucuk senjata rakitan sebelum akhirnya dicek untuk terakhir kalinya.
Memang, meski mereka telah mampu membuat senjata rakitan, performa senjata tersebut tidak selalu memenuhi standar yang dibutuhkan dalam pertempuran.
"Suatu malam, militer (Myanmar) menembaki kami dengan artileri berat," kata Ko John, seorang anggota pasukan bela diri lokal, mengatakan kepada AFP.
Tentara junta militer kemudian mendekat dalam jarak 60 meter hingga 90 meter dari kelompok tersebut.
"Ketika kami memutuskan untuk menembak mereka, senjata kami tidak menembak seperti yang diharapkan karena itu senjata rakitan," katanya.
"Kami meminta dukungan dari dua penembak jitu kami dan kami menembakkan delapan peluru ke arah mereka, tetapi hanya enam peluru yang ditembakkan dengan benar,” sambung Ko John.
Selain bangkitnya pasukan pertahanan diri lokal, para analis percaya ratusan pengunjuk rasa anti-kudeta dari kota-kota kecil di Myanmar telah menuju daerah-daerah yang dikuasai pemberontak untuk menerima pelatihan militer.
Namun, sebagian dari mereka menyadari bahwa tidaklah mudah melawan tentara junta militer Myanmar.
Ko John mengakui, pihaknya kewalahan oleh jumlah dan persenjataan tentara Myanmar yang unggul dalam pertempuran terbaru.
"Ketika kami mencoba untuk merebut kamp militer, helikopter mereka tiba dan bala bantuan dari helikopter menembak ke arah kami."
Pertempuran telah meningkat di negara bagian Kayah dalam beberapa hari terakhir, dengan penduduk setempat menuduh militer menggunakan peluru artileri untuk menggempur desa-desa.
Sementara itu, Mar Ko dan keluarganya telah tinggal di tempat penampungan sementara di dalam hutan selama lebih dari dua pekan.
"Militer menembaki kami dengan senjata berat. Itu sebabnya kami lari dari sana dan tetap bersembunyi di sini," katanya kepada AFP.
"Sekarang kami kehabisan (makanan) dan kami membutuhkan nasi, garam, dan minyak. Kami makan apa pun yang kami miliki seperti batang pisang dan nangka,” tutur Mar Ko.
https://www.kompas.com/global/read/2021/06/05/150357170/bermodal-senjata-rakitan-rakyat-myanmar-pilih-bertempur-lawan-junta