Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tsunami Covid-19 di India Begitu Buruk, Ini Penyebabnya

Sepanjang 24 jam terakhir, negara di Asia Selatan itu mencatatkan 412.000 kasus dan hampir 4.000 kematian harian, rekor tertinggi di dunia.

Setiap hari, media lokal mengabarkan ratapan keluarga yang kehilangan kerabatnya maupun rumah sakit yang kehabisan oksigen.

"India hampir seperti dihantam badai yang dahsyat," kata SV Subramanian, profesor kesehatan populasi dan geografi di Sekolah Kesehatan Masyarakat TH Chan, kepada USA Today.

Tsunami Covid-19 yang menerpa "Negeri Bollywood" begitu kontras saat mereka dihantam gelombang pertama.

Pada Maret 2020, Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan pelarangan penerbangan baik domestik maupun internasional.

Modi juga memutuskan menutup pabrik, kantor, dan lini bisnis lain yang dianggap tidak esensial di masyarakat.

Kasus harian sempat mencapai puncaknya dengan 100.000 orang pada September. Namun, di bulan sesudahnya berangsur menurun.

Hingga akhirnya di Januari dan Februari tahun ini, New Delhi menyatakan kasus yang mereka laporkan begitu rendah.

Dilaporkan Foreign Policy, saat Januari, Modi mengeklaim mereka berhasil mengalahkan pandemi virus corona.

Saat itu, PM asal Partai Bharatiya Janata (BJP) berkoar segala upaya mereka bisa menangkal transmisi virus.

"Pemerintah hanya tidak melihat gelombang kedua datang, dan merayakannya terlalu dini," kata Dr Shahid Jameel, pakar virologi kepada BBC.

Menyusul deklarasi kemenangan tersebut, masyarakat mulai mengabaikan protokol kesehatan, seperti memakasi masker dan menjaga jarak.

Kondisi itu diperparah sejumlah menteri Modi yang kedapatan tidak mengenakan pelindung hidung saat hadir di kampanye politik.

Pemerintah India juga mengizinkan rakyat merayakan Kumbh Mela, festival keagamaan Hindu, pada April di Sungai Gangga.

"Ada keterputusan total antara apa yang mereka praktikan dan yang mereka katakan," jelas Dr Chandrakant Lahariya, pakar sistem kesehatan New Delhi.

Gelombang kedua pun tak terelakkan dengan munculnya varian yang berasal dari mutasi ganda Covid-19.

Kepada British Medical Journal, Dr Lahariya mengatakan dulu mungkin corona hanya menyerang individu.

"Sekarang, seluruh keluarga bisa terinfeksi," paparnya sebagaimana diberitakan New York Post Kamis (6/5/2021).

Kekacauan pun terjadi. Rumah sakit terpaksa menampung para pasien di bangsal yang penuh sesak karena ranjang mereka sudah habis.

Oksigen medis juga mulai langka. Memaksa publik berlarian ke sana kemarin hanya demi mendapat bantuan pernapasan bagi orang tercinta mereka.

Mahesh Zagade, mantan sekretaris kesehatan Negara Bagian maharashtra berujar, seharusnya pemerintah bersiap di gelombang kedua.

"Pemerintah tentunya sudah paham, mereka harus menginventarisasi oksigen dan obat remdesivir, kemudian mempercepat produksinya.

Rendahnya vaksinasi juga disinyalir jadi penyebab lain mengganasnya gelombang dua corona di "Negeri Bollywood".

Setiap harinya, hanya 2,1 juta orang yang divaksin. Berarti sekitar 0,15 persen dari total populasi yang mencapai 1,3 miliar jiwa.

Lahariya menerangkan, butuh waktu berbulan-bulan sebelum mereka menerima dosis vaksin yang cukup untuk mempercepat inokulasi.

"Sampai waktu itu tiba, jutaan orang di India akan tetap berada dalam ancaman infeksi Covid-19," lanjutnya.

https://www.kompas.com/global/read/2021/05/07/180843970/tsunami-covid-19-di-india-begitu-buruk-ini-penyebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke