Bloomberg melaporkan menurut dua orang yang dekat dengan angkatan bersenjata, perombakan para komandan militer dilakukan karena mereka tidak senang dengan penggantian Menteri Pertahanan Fernando Azevedo e Silva.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro, mencopot Menteri Pertahanan secara mendadak dan tanpa peringatan sebelumnya.
Kebijakan itu merupakan bagian dari restrukturisasi kabinet yang luas. Pasalnya sekutu pemerintah di kongres menyatakan ketidakpuasan terhadap tanggapan pandemi pemerintahan Bolsonaro.
Tiga komandan militer yang dipecat yaitu, Jenderal Edson Pujol, Laksamana Ilques Barbosa dan Brigadir Antonio Carlos Moretti Bermudez.
Pemecatan dilakukan selama pertemuan dengan Azevedo e Silva dan Walter Braga Netto, yang akan mengambil alih sebagai Menteri Pertahanan Brasil dalam beberapa hari mendatang.
Perubahan tersebut diumumkan oleh kementerian dalam sebuah pernyataan, dan penggantinya belum disebutkan. Ketiganya telah berada di pos mereka sejak Januari 2019.
“Apa yang terjadi adalah putusnya hubungan antara Bolsonaro dan intitusi angkatan bersenjata Brasil,” kata Octavio Amorim Neto, ilmuwan politik ahli hubungan sipil-militer yang mengajar di Getulio Vargas Foundation, salah satu universitas top Brasil, di Rio de Janeiro.
"Ini berarti salah satu pilar utama pemerintahannya menjauhkan diri dari Bolsonaro."
Bolsonaro, telah berada di bawah tekanan, karena tanggapannya terhadap pandemi. Mantan kapten militer yang tidak berafiliasi dengan partai politik mana pun itu, kini perlu memberi ruang bagi sekutu dari kelompok sentris yang pernah dihina.
Dia memerlukan dukungan mereka untuk mengesahkan undang-undang, dan melindunginya dari upaya pemakzulan.
Ketika penanganannya terhadap pandemi mendapat kecaman, dia juga mencari dukungan yang lebih eksplisit dari angkatan bersenjata.
Awal bulan ini, melawan gubernur yang telah memberlakukan lockdown perdagangan dan pergerakan orang.
Dia mengatakan "pasukan saya tidak akan turun ke jalan untuk memastikan kepatuhan pada keputusan gubernur".
Presiden berusia 66 tahun ini juga berkomentar tentang kemungkinan mendeklarasikan keadaan perang. Deklarasi ini akan memberinya kekuasaan atas gubernur, tetapi itu membutuhkan dukungan dari kongres.
Media lokal melaporkan, pernyataan itu memicu panggilan dari Mahkamah Agung untuk meminta penjelasan dari Presiden yang menjabat sejak awal 2019 itu.
Azevedo e Silva sering menolak langkah Bolsonaro. Menteri Pertahanan yang baru saja dicopot itu telah lebih dari sekali menerbitkan pernyataan, yang menegaskan kembali peran angkatan bersenjata sebagai lembaga negara dan bukan sebagai badan pemerintah.
Dia telah memimpin kementerian pertahanan sejak presiden menjabat pada Januari 2019.
"Selama periode ini, saya mempertahankan angkatan bersenjata sebagai lembaga negara," tulis Azevedo e Silva dalam pernyataan singkat setelah pemecatannya pada Senin (29/3/2021).
Sementara perkembangan baru-baru ini memperjelas ada kesenjangan yang semakin lebar antara Bolsonaro dan angkatan bersenjata karena pandemi memburuk.
Menurut catatan Covid-19 Brasil pada Selasa (30/3/2021), negara itu melaporkan rekor 3.780 kematian dalam sehari akibat infeksi virus ini.
Namun ahli Amorim Neto, mengatakan Brasil tidak berisiko mengalami kudeta.
“Meskipun dia telah bekerja sama dengan Bolsonaro, Jenderal Braga Netto terikat pada aturan hukum dan Konstitusi. Dia konservatif tapi bukan Bolsonarista yang fanatik, "katanya.
“Satu hal yang pasti adalah ada tingkat toleransi tertentu, terhadap ekses politik Bolsonaro. (Dan) Untuk mendukung ide-idenya yang penuh petualangan, adalah sesuatu hal yang sangat berbeda.
https://www.kompas.com/global/read/2021/03/31/094016170/tertekan-pandemi-presiden-brasil-pecat-tiga-komandan-militer-sekaligus