BANGKOK, KOMPAS.com - Perdana Menteri Thailand pada Selasa (16/3/2021) menerima suntikan vaksin Covid-19 AstraZeneca, ketika banyak negara masih menghentikan penggunaannya.
Belasan negara menghentikan penggunaan AstraZeneca sebagai vaksin Covid-19 dalam negerinya, karena dipicu oleh negara-negara di Eropa yang semakin khawatir terhadap keamanannya, setelah muncul kasus pembekuan darah oleh penerima vaksin itu.
Salah satu negara yang telah menghentikan sementara penggunaan vaksin tersebut adalah Thailand, yang merupakan negara pertama di luar Eropa yang mengambil langkah tersebut.
Melansir AFP pada Selasa (16/3/2021), Thailand sudah memberikan vaksin China, Sinovac, dengan jutaan lagi dosis impor diharapkan dalam beberapa bulan mendatang.
Namun, ada wacana bahwa mereka akan menambahkan pengadaan vaksin dari AstraZeneca pada Jumat (12/3/2021), sebelum otoritas kesehatan tiba-tiba menangguhkan peluncurannya sebagai pencegahan kasus.
Tidak lama kemudian, Badan Kesehatan Dunia (WHO), Badan Obat Eropa, serta sejumlah negara, seperti Inggris dan Kanada, menyatakan bahwa vaksin Covid-19 AstaZeneca aman untuk digunakan.
Segera merespons pernyataan badan dunia tersebut, pemerintahan Thailand pun mengubah arah kebijakannya untuk kembali menggunakan vaksin AstraZeneca.
"Hari ini, kami akan mulai menyuntikkan vaksin lainnya. Saya pikir ini akan menciptakan kepercayaan bagi orang-orang untuk mendapatkan vaksin tersebut (AstraZeneca)," kata Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha pada Selasa (16/3/2021).
Mantan jenderal Thailand itu awalnya dijadwalkan melakukan vaksinasi pada Jumat lalu (12/3/2021), tapi ditunda.
"Semua orang baik-baik saja. Saya adalah contoh hari ini karena mendapatkan (suntikan Covid-19) AstraZeneca," kata pria berusia 67 tahun itu.
Kabinetnya membanggakan bahwa Chan-O-Cha merupakan orang pertama di negara Asia Tenggara yang menerima suntikan vaksin Covid-19 AstraZeneca, di tengah kontroversi yang masih hangat soal masalah pembekuan darah sebagai efek sampingnya.
Para pakar keamanan WHO sedang bersiap mengadakan pertemuan pada Selasa (16/3/2021) mengenai huru-hara vaksin AstraZeneca, ketika 3 negara terbesar Uni Eropa, seperti Jerman, Italia, dan Perancis, menangguhkan suntikan vaksin pada Senin (15/3/2021).
Indonesia mengumumkan penundaan peluncuran vaksin AstraZeneca pada Senin (15/3/2021), dan Venezuela mengumumkan tidak akan memberikan izin karena kekhawatiran akan "komplikasi".
Hal ini cukup banyak memberikan gangguan terhadap kampanye vaksinasi yang digaungkan secara global.
Vaksin ini dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford di Inggris, di mana lebih dari 11 juta dosis telah diberikan tanpa masalah besar.
Thailand tidak akan memulai kampanye vaksinasi massal hingga Juni, dengan lebih dari 60 juta suntikan direncanakan berasal dari vaksin AstraZeneca produksi domestik.
Namun pada awal bulan ini, lebih dari 100.000 suntikan AstraZeneca yang diimpor akan diberikan kepada para pekerja penting dan kelompok lain sebagai penggunaan darurat.
Vaksin AstraZeneca adalah yang termurah di antara vaksin yang tersedia, jadi dianggap sebagai vaksin pilihan untuk negara-negara miskin.
https://www.kompas.com/global/read/2021/03/16/202441170/pm-thailand-suntik-vaksin-astrazeneca-di-tengah-kontroversi-efek