Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagi Biden, Membangun Ekonomi yang Hancur adalah Rintangan Berikutnya

BALTIMORE, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Joe biden akan mewarisi perekonomian AS yang hancur, yang tidak pernah sepenuhnya pulih dari virus corona dan bisa menderita lagi di saat infeksi baru meningkat.

Tahap pemulihan yang awalnya tampak kuat menunjukkan kelemahannya setelah bantuan federal berakhir.

Melansir Associated Press (AP), sepuluh juta orang tetap menganggur dan makin banyak orang yang diputus dari hubungan kerja (PHK) permanen. Menurut sistem pusat perbankan AS Federal Reserve, produksi pabrik menurun.

Berbagai polemik perekonomian masih terus bergulir dan bahkan bertambah. Para orang tua tidak bisa bekerja karena pusat penitipan anak tutup.

Restoran dan penjual pengecer lokal kehabisan uang, satu dari enam restoran bahkan sudah bangkrut pada September menurut sebuah survei industri.

Bagaimana Biden diharapkan bekerja dalam sektor ekonomi?

Biden diharapkan menyuntikkan dana bantuan yang cukup. Dana bantuan ini diharapkan mampu menopang para pekerja, bisnis dan pemerintah negara bagian dan pemerintah lokal.

Menurut AP VoteCast, sebuah survei terhadap lebih dari 110.000 pemilih, ada kerugian resesi yang sebagian besar melanda rumah tangga berpenghasilan rendah.

Meskipun sebagian besar orangnya terlindungi secara finansial dari bantuan awal yang hampir mencapai 3 triliun dollar AS (sekitar Rp42 kuadriliun).

Sebanyak 29 persen pemilih rumah tangga yang berpenghasilan kurang dari 50.000 dollar AS per tahun mengatakan bahwa mereka tertinggal secara finansial.

Kekurangan mereka sangat kontras dari mereka yang berpenghasilan di atas 100.000 dollar AS. 

Biden sendiri menerima lebih banyak dukungan daripada Trump, dari mereka yang pendapatan rumah tangganya kurang dari 50.000 dollar AS. 

Di antara pemilih Biden, sebanyak 89 persen mengatakan lebih penting menahan laju penularan pandemi daripada membatasi kerusakan ekonomi yang sedang berlangsung.

"Untuk mengendalikan ekonomi, Anda perlu mengendalikan virus," kata Amanda Fischer, direktur kebijakan di Washington Center for Equitable Growth, sebuah wadah pemikir liberal.

Ketika surat suara dibagikan, perekonomian AS secara obyektif dalam keadaan 'terluka' bahkan meski telah membaik sejak April. 

Tingkat pengangguran 6,9 persen dibandingkan sebelumnya, 4,7 persen. Penjualan ritel turun 0,8 persen sejak awal 2020, bangkrutnya restoran-restoran, toko pakaian dan furnitur.

Kepala ekonom di perusahaan penempatan kerja Indeed.com Jed Kolko mengatakan, "Pasar tenaga kerja masih punya jalan panjang untuk pulih ke kondisi sebelum pandemi."

Menurut Kolko, lapangan kerja turun di hampir semua sektor industri namun turun drastis di industri yang bergantung pada perjalanan dan pertemuan besar.

Pemilih Trump percaya korupsi akan meningkat di era Biden

Menurut AP VoteCast, mayoritas pemilih Trump, sebanyak 85 persennya percaya bahwa korupsi akan jadi masalah utama dalam kepemimpinan Biden.

Begitupun sebaliknya, 92 persen pemilih Biden mengatakan bahwa korupsi akan menjadi masalah besar jika Trump mendapatkan masa jabatan keduanya.

Selain kekhawatiran itu, ada juga kesenjangan filosofis dengan sebagian besar pemilih Biden percaya bahwa pemerintah harus lebih banyak menyelesaikan persoalan bangsa. 

Sementara pemilih Trump menganggap pemerintahan AS saat ini sudah berbuat 'terlalu banyak'.

Masalah utama Biden adalah kelompok yang dia angkat selama pemilihan, kaum miskin dan kelas pekerja, adalah orang-orang yang paling menderita dari ketersendatan apapun.

“Perekonomian AS beroperasi pada sekitar 80 persen dari total kapasitas untuk memproduksi dan mengonsumsi,” kata Joe Brusuelas, kepala ekonom di RSM, penasihat dan konsultan pajak.

“AS dapat menunggu bantuan fiskal tambahan,” katanya, tetapi imbasnya “kaum miskin dan kelas pekerja akan membayar harga yang sangat mahal.”

https://www.kompas.com/global/read/2020/11/09/151818270/bagi-biden-membangun-ekonomi-yang-hancur-adalah-rintangan-berikutnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke