Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Paus Fransiskus ke PBB: Gunakan Krisis Covid-19 untuk Hasil yang Lebih Baik, Bukan yang Buruk

VATICAN CITY, KOMPAS.com - Paus Fransiskus mendesak para pemimpin dunia pada Jumat (25/9/2020) kemarin untuk menggunakan keadaan darurat wabah virus corona sebagai kesempatan mereformasi ketidakadilan ekonomi global.

Melalui pidato yang direkam dalam video untuk digelar di depan Sidang Umum PBB itu, Sri Paus juga menyerukan agar PBB lebih terlibat dan berpengaruh dalam masalah yang lebih besar seperti melindungi orang miskin, para migran dan isu lingkungan.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa dunia ini memiliki pilihan yang harus diambil ketika keluar dari krisis wabah Covid-19 dan harus mengatasi dampak paling rentan di planet ini dengan solidaritas yang lebih besar, dialog dan multilateralisme, atau di dalam lingkup kecil adalah nasionalisme yang lebih besar.

Sementara sikap individualisme dan elitisme kata Paus, "pasti akan merugikan seluruh komunitas, menyebabkan luka yang ditimbulkan sendiri pada semua orang. Itu tidak boleh menang."

Sejak virus corona melanda Italia pada akhir Februari, Paus Fransiskus berusaha menunjukkan keterkaitan pandemi dengan kesehatan planet ini dan penduduknya.

Pesannya adalah bahwa krisis memberikan kesempatan “untuk keluar lebih baik atau lebih buruk,” dan ada banyak alasan untuk (memilih) bekerja agar menjadi lebih baik.

"Wabah ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa hidup tanpa satu sama lain, apalagi saling mengadu domba satu sama lain," ujarnya, "Inilah kenapa di saat kritis ini, sudah menjadi tugas kita untuk kembali memikirkan masa depan rumah dan proyek kita bersama."

Sri Paus diharapkan untuk menjabarkan lebih lanjut visinya untuk solidaritas dan dunia pasca Covid dalam surat kepausan yang akan dirilis 4 Oktober mendatang.

Pidatonya di PBB adalah ringkasan eksekutif atau blueprint dari apa yang diharapkan, tinjauan singkat fokus utamanya pada keadilan ekonomi, perlindungan lingkungan dan kepedulian terhadap masyarakat yang termarjinal.

Paus Fransiskus juga menegaskan kembali penolakan Gereja Katolik terhadap aborsi, salah satu poin utama perselisihan ideologis Vatikan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dia mengatakan angka aborsi meningkat selama pandemi, mengatakan bahwa hal itu "menyedihkan" dan bahwa beberapa negara mempromosikan aborsi sebagai layanan penting yang harus disediakan bahkan selama keadaan darurat kesehatan.

“Sangat mengganggu untuk melihat betapa sederhana dan nyaman bagi beberapa orang untuk menyangkal keberadaan kehidupan manusia sebagai solusi untuk masalah yang dapat dan harus diselesaikan baik untuk ibu dan anaknya yang belum lahir,” katanya.

Paus Fransiskus menyerukan perawatan kesehatan dasar untuk semua, pengurangan, jika bukan amnesti utang untuk negara-negara termiskin di dunia dan reformasi lembaga keuangan Bretton-Woods yang katanya hanya meningkatkan ketidaksetaraan antara kaya dan miskin.

“Sekarang waktu yang tepat untuk memperbarui arsitektur keuangan internasional,” ujarnya.

Dia mengulangi tuntutannya untuk segera diakhirinya doktrin pencegahan nuklir, yang dia ucapkan sepenuhnya selama kunjungannya tahun 2019 ke Jepang pada peringatan yang didedikasikan untuk para korban bom atom di Hiroshima.

"Kita perlu membongkar logika sesat yang menghubungkan keamanan pribadi dan nasional dengan kepemilikan persenjataan," katanya.

“Doktrin pencegahan nuklir, khususnya, menciptakan etos ketakutan yang didasarkan pada ancaman saling menghancurkan; dengan cara ini, hal itu akhirnya meracuni hubungan antar manusia dan menghalangi dialog."

https://www.kompas.com/global/read/2020/09/26/160112170/paus-fransiskus-ke-pbb-gunakan-krisis-covid-19-untuk-hasil-yang-lebih

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke