Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Trump Belum Pilih Cawapres, Nama Nikki Haley Mencuat, Siapakah Dia?

Teka-teki pun mencuat, apakah Trump bakal mengikuti langkah Joe Biden memilih cawapres wanita?

Seperti yang telah diketahui, Biden resmi menggandeng Senator California Kamala Harris pada 12 Agustus lalu.

Pada Maret pengamat politik CNN Paul Begala meramalkan, Trump akan meninggalkan Mike Pence sebagai cawapresnya pada Juli, dan menggantinya dengan Nikki Haley mantan Duta Besar AS untuk PBB.

Banyak pakar politik lainnya juga meramalkan Haley sebagai cawapres Trump di pemilu kali ini.

Namun hingga kini, terbukti prediksi Begala belum terbukti tepat.

Meski begitu Begala tetap kukuh mempertahankan prediksinya. Pada 12 Agustus dia menulis di Twitter, "Saya sudah bilang ke kalian, Pence tidak akan ikut dalam debat cawapres."

"Dia akan bertemu dengan penjaja Hydroxy sedangkan Nikki Haley berdebat dengan Kamala. Trump akan meninggalkan Pence, lihat saja nanti."

Pada 2011 wanita yang kini berusia 48 tahun tersebut terpilih menjadi Gubernur South Carolina, sampai Trump menominasikannya sebagai Dubes AS untuk PBB.

Menurut opini editor yang diterbitkan Wall Street Journal, mengganti Pence dengan Haley bisa mengubah permainan kampanye Trump.

"Sudah telat bagi Trump untuk mengubah kepribadian politiknya. Tetapi berkaca dari pemilu 2016, Nikki Haley dapat mengurangi antipati terhadap Trump yang banyak menerpa wanita moderat dan condong ke Republik."

Haley mundur dari posisinya di PBB pada 2018, lalu menjadi pendukung Trump dan pada November 2019 sang presiden menjanjikannya bagian besar dalam kampanye.

Di PBB, Haley dengan tegas membela kebijakan pemerintah "Negeri Paman Sam", termasuk soal posisi Washington di Israel, dan keputusannya untuk memindahkan kedutaan AS di Israel ke Yerusalem.

Haley berkata di hadapan Majelis Umum PBB bahwa dia "mencatat" negara-negara yang mengambil suara untuk menentang keputusan pemerintahan Trump dalam mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Dia juga menegaskan kesediaan AS untuk menggunakan kekuatan militer sebagai tanggapan atas uji coba rudal Korea Utara, dalam krisis dengan negara itu pada 2017.

Masa depan politik Haley masih abu-abu, dua tahun setelah dia cabut dari kursi pemerintahan.

Beberapa orang memperkirakan dia akan mencalonkan diri sebagai capres AS pada 2024, tetapi beberapa pengamat lainnya seperti Belaga dan kolomnis Meghan McCain yakin dia akan maju jadi cawapres.

McCain berkata dalam acara The View yang dikutip Forbes Selasa (18/8/2020), "Saya masih berpikir, bahwa jika (Biden) memilih seorang wanita, maka Trump akan mendepak Pence dan memasukkan Nikki Haley."

Ketika Begala membuat prediksinya pada Maret lalu, dia berkata Trump akan membuang Pence "di bawah bus" karena penanganannya terhadap virus corona.

Jika Trump ingin menangkis kesalahan dan menyelamatkan muka, Pence sangat rentan terkena pukulan dari presiden ke-45 AS itu, dan Haley bisa naik menggantikannya.

Dengan Trump yang tertinggal dari Biden dalam jajak pendapat, Haley juga berpeluang membuat persaingan makin ketat.

Sayangnya, tidak semua anggota Partai Republik akan setuju jika Haley yang menjadi calon orang nomor 2 AS.

Salah satu yang tidak mau mendukung Haley adalah John Bolton mantan Dubes AS untuk PBB 2005-2006 Penasihat Keamanan Nasional AS 2018-2019.

Forbes mewartakan, bagi Trump mendepak Pence adalah ide buruk jika tak menjamin kemenangan di kotak suara.

Namun yang diprediksi media Inggris The Guardian berbeda. Haley mungkin tidak akan maju jadi cawapres sekarang, karena mungkin akan mencalonkan diri jadi capres AS pada 2024 atau 2028.

https://www.kompas.com/global/read/2020/08/29/171151670/trump-belum-pilih-cawapres-nama-nikki-haley-mencuat-siapakah-dia

Terkini Lainnya

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke