WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Badan intelijen Amerika Serikat (AS) menduga bahwa Iran memberikan imbalan kepada Taliban jika melakukan serangan kepada pasukan AS dan pasukan koalisi.
Hal itu dilaporkan oleh Zachary Cohen dari CNN pada Senin (17/8/2020).
Diwartakan Business Insider, badan intelijen AS mengidentifikasi pembayaran imbalan tersebut terkait dengan enam serangan yang dilakukan oleh Taliban pada 2019.
Salah satu dari enam serangan Taliban tersebut adalah serangan bom bunuh diri di Pangkalan Udara Bagram pada Desember.
Pemboman itu menewaskan dua warga sipil dan melukai puluhan lainnya, termasuk empat personel tentara AS.
Hadiah atas serangan terhadap Pangkalan Udara Bagram dibayarkan pemerintah asing melalui jaringan Haqqani di mana pemimpin jaringan ini adalah wakil kepala dari kelompok Taliban.
Informasi tersebut didapatkan menurut dokumen pengarahan Pentagon yang ditinjau oleh CNN.
Dua sumber yang mengetahui informasi intelijen tersebut mengatakan kepada CNN bahwa pemerintah asing yang dirujuk dalam dokumen itu adalah Iran.
Pada awal Januari, Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan pesawat nirawak yang menewaskan jenderal top Iran, Qassem Soleimani, di Irak.
Serangan mematikan itu terjadi kurang dari sebulan setelah serangan bom bunuh diri terhadap Pangkalan Udara Bagram.
Sebelum serangan di Irak, sejumlah instansi AS terlibat dalam apa yang digambarkan CNN sebagai proses panjang dalam mengembangkan opsi untuk melawan dukungan moneter Iran terhadap kelompok-kelompok milisi di Afghanistan.
Plot hadiah Iran yang dicurigai dikutip oleh pejabat AS sebagai pembenaran parsial untuk serangan terhadap Soleimani.
Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat pemerintah saat ini dan mantan pejabat senior yang mengetahui situasi tersebut kepada CNN.
Pada Maret, pemerintahan Trump menyatakan bukanlah waktu yang tepat untuk mengambil tindakan yang lebih spesifik dalam menanggapi dugaan plot hadiah dari Iran.
Itu karena pada bulan itu, sedang dilangsungkan pembicaaran damai antara AS dengan Taliban.
Pemerintahan Trump belum berbicara secara terbuka tentang informasi intelijen tersebut atau mengutuk Iran atas dugaan pemberian imbalan sebagai upaya melindungi pembicaraan damai.
Trump telah berulang kali berjanji untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan tetapi belum juga terealisasi.
Sementara itu, Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar ketika dimintai konfirmasi oleh Business Insider.
Iran bukanlah musuh AS pertama yang dituduh membayar Taliban jika menyerang pasukan AS.
Sejumlah badan intelijen AS menilai bahwa Rusia membayar hadiah kepada milisi yang terkait dengan Taliban untuk menargetkan pasukan AS di Afghanistan.
Hal itu dilaporkan oleh The New York Times pada akhir Juni. Trump telah menolak laporan tersebut dan menyebutnya sebagai "berita palsu".
Kendati demikian, Gedung Putih menyatakan Trump sudah "diberi pengarahan lengkap" tentang masalah tersebut.
https://www.kompas.com/global/read/2020/08/18/074800670/dugaan-intelijen--iran-bayar-taliban-jika-serang-pasukan-as