Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Di Tengah Krisis Kemanusiaan, Ribuan Warga AS Tak Bisa Pulang dari Yaman

SANA'A, KOMPAS.com - Ribuan warga Amerika masih terjebak di tengah negara yang berkecamuk dalam perang dan wabah virus corona, Yaman.

Ribuan warga Amerika itu terjebak di Yaman karena adanya aturan batasan penerbangan dan perbatasan sejak pertengahan Maret lalu.

Yaman sendiri adalah negara paling terdampak wabah karena situasi perang dan kelaparan. Para aktivis kini meminta perhatian publik internasional untuk mengatasi keparahan di negara itu.

Menurut Dewan Hubungan Warga Amerika-Islam (CAIR), ribuan orang Amerika yang terjebak di Yaman dikarenakan perbatasan dan bandara ditutup akibat wabah virus corona. Berita itu juga dikabarkan oleh The Hill pada Jumat kemarin (3/7/2020).

Direktur Litigasi CAIR, Ahmed Mohamed mengatakan kepada Media Fox News pada Jumat bahwa organisasinya telah menerima lebih dari 500 permintaan bantuan orang Amerika yang terjebak di Yaman.

Ada pun Kementerian Luar Negeri AS telah menerima lebih dari 2.000 permintaan.

Pada 28 Juni dan awal Juli kemarin, Kementerian Dalam Negeri telah menjadwalkan 2 pesawat terbang yang akan membawa pulang setidaknya 300 warga Amerika namun mereka belum membahas tentang bagaimana ribuan warga Amerika lainnya yang berusaha untuk pulang.

"Masih ada sekitar 1.500 atau lebih warga Amerika yang masih terjebak di Yaman, mencari jalan untuk keluar kembali ke AS dan mereka tidak bisa, dan kini mereka tidak mendapatkan bantuan apa pun dari pemerintah mereka," ungkap Mohamed kepada Fox News.

"Sangat mengecewakan bahwa pemerintah kita tidak berbuat lebih banyak untuk warganya yang terjebak di negara asing yang berada di tengah perang saudara, dan di tengah wabah Covid-19," ujar Mohamed.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan bahwa Yaman adalah "Krisis kemanusiaan terbesar di dunia," dan bahwa "4 dari 5 orang di Yaman membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan jiwa mereka."

"Situasi di Yaman adalah bencana besar," ujar Koordinator Bantuan Darurat Mark Lowcock.

"Inilah yang telah dilakukan perang lebih dari 5 tahun di Yaman. Sistem kesehatan dalam keadaan ambruk," imbuh Lowcock seraya mengatakan bahwa virus corona telah menyebar pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada negara lain.

Mohamed mengatakan Kementerian Luar Negeri perlu membahas mengapa selama 3 bulan mereka tidak melakukan upaya untuk mengevakuasi warga Amerika dari Yaman seperti yang mereka lakukan di "puluhan dan lusinan jika tidak seratus negara berbeda di seluruh dunia."

"Sepertinya Kementerian Luar Negeri berpangku tangan selama 3 bulan, berharap tidak ada yang tahu bahwa orang-orang Amerika ini terdampar," ujar Mohamed.

Mereka tidak pernah bisa menerima "respons yang memadai" tentang mengapa lebih banyak orang Amerika tidak dapat kembali ke AS.

Mereka hanya mengatakan bahwa mereka tidak memiliki sumber daya yang memadai di Yaman ketika Kedutaan Besar AS ditutup pada 2015, pada awal perang sipil.

Akibatnya, "dengan mudahnya" puluhan orang Amerika terjebak di Yaman selama berbulan-bulan dan dalam banyak kasus, warga AS membutuhkan konsulat bantuan karena berbagai alasan.

Seperti dalam kasus Miriam Alghazali, seorang warga Amerika, yang lahir dan dibesarkan di New York dan terjebak di Yaman sehingga tidak dapat kembali ke AS untuk melahirkan.

Alghazali bepergian dengan suami dan tiga anaknya pada Agustus 2019 untuk mengunjungi ibu mertuanya di Yaman, yang sakit parah.

Pada Desember, ibu mertuanya meninggal dan suaminya, Izdehar Alghazali, kembali ke AS bersama salah satu anak mereka untuk mengamankan sebuah apartemen sementara Miriam, yang tengah hamil, tinggal bersama dua anak mereka yang lain.

Pada hari ketika keluarga Alghazali dijadwalkan untuk pulang, Yaman menutup perbatasan mereka, kata Mohamed kepada Fox News.

Permintaan mereka untuk meninggalkan Yaman tidak dibalas oleh kementerian sampai sekarang.

Alghazali akhirnya melahirkan di awal Juni, seorang bayi yang lahir prematur (6 bulan) setelah baku tembak dan senjata roket terdengar di atas apartemen tempat tinggalnya di Yaman.

Keluarga Alghazali kemudian tidak bisa naik ke 2 penerbangan yang dijadwalkan pada akhir Juni dan awal Juli ke AS karena bayinya tidak punya paspor. Karena itulah dia tidak diizinkan untuk terbang.

Kementerian Luar Negeri AS telah melaporkan kepada keluarga dan perwakilan di CAIR bahwa Alghazali harus ke negara tetangga, mengunjungi konsulat AS dan membuat paspor untuk bayinya agar bisa kembali ke AS.

Pihak CAIR terus mengadvokasi agar keluarga Alghazali bisa kembali ke AS bersama dengan ribuan warga AS lain.

"Amerika adalah kekuatan super dunia," kata Mohamed. "Jika Amerika tidak dapat mengamankan warganya, maka hal itu menjadi suatu prioritas bagi Amerika, bagi pemerintah AS."

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri AS tidak dapat dihubungi untuk menjawab pertanyaan mengenai situasi di Yaman.

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/05/171752570/di-tengah-krisis-kemanusiaan-ribuan-warga-as-tak-bisa-pulang-dari-yaman

Terkini Lainnya

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke