Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Para "Tabib" Ini Lindungi Desa India dari Virus Corona

Untungnya, warga percaya pada Nizamuddin. Mereka memanggil pria berusia 54 tahun itu "dokter" dan mengunjunginya untuk mendapatkan perawatan dan obat bila mereka merasa sakit.

Tapi Nizamuddin tidak punya ijazah dokter.

Dia adalah salah satu dari sekitar 100.000 tenaga kesehatan informal di negara bagian itu. Para dokter tanpa kualifikasi ini menyediakan layanan kesehatan pertama di puluhan ribu desa di India.

Seringkali dijuluki sebagai "tabib", tenaga kesehatan informal biasanya laki-laki berusia 40 tahunan, pernah menjadi pembantu dokter berkualifikasi selama sepuluh tahun atau lebih sebelum membuka klinik mereka sendiri di desa. Di daerah pedalaman India, tempat layanan kesehatan sangat terbatas, jumlah mereka lebih banyak dari dokter.

Mereka menyediakan berbagai jenis perawatan medis kecuali operasi - meski mereka bisa memberi suntikan vaksin dan menjahit luka - dan merujuk pasien ke rumah sakit, bila si pasien merasa perlu perawatan lebih. Beberapa negara bagian seperti Bengal Barat telah melatih ribuan tenaga kesehatan informal seperti ini.

Pekerjaan mereka mirip dengan "tenaga kesehatan non-dokter" di Afrika - sebagian besar layanan kesehatan pedesaan di Kenya, misalnya, dilakukan oleh perawat dan petugas kesehatan. Mereka juga diizinkan untuk membuat resep untuk berbagai jenis obat.

Di kampungnya di distrik Birbhum, Nizamuddin membujuk tetangganya agar tidak salat berjamaah di masjid.

"Ada banyak tekanan. Saya jelaskan mengapa ini bisa membahayakan kesehatan masyarakat. Mereka mendengarkan, dan akhirnya memutuskan untuk membuat jamaah yang lebih kecil di sejumlah tempat terbuka," kata Nizamuddin.

Ketika karantina wilayah untuk mencegah penyebaran infeksi dimulai pada akhir Maret, Nizamuddin menutup kliniknya yang sempit dan menyatu dengan rumahnya di distrik Birbhum.

Tapi dia terpaksa membukanya kembali setelah tiga hari ketika kebanjiran panggilan dari banyak penduduk desa yang membutuhkan perawatan dan obat.

Warga desa biasanya datang kepadanya dengan keluhan sakit perut, asma, flu karena penyakit paru, dan luka ringan. Untuk merawat mereka, Nizamuddin menyimpan stok obat-obatan dasar, nebulizer, kain kasa, dan perban.

Di masa pandemi ini, dia juga memeriksa setiap pasien yang datang berobat ke kliniknya untuk gejala influenza dan infeksi saluran nafas.

Jika ada pasien yang menunjukkan gejala, dia memasukkan data kontak mereka pada aplikasi pemantauan Covid-19 di ponselnya. Informasi dalam aplikasi tersebut dikirim ke tenaga kesehatan di ibu kota Kolkata, 200 kilometer jauhnya.

Nizamuddin juga menyuruh semua pasiennya, yang kebanyakan merupakan pekerja ladang, untuk mengenakan masker dan mencuci tangan secara rutin. "Dengan dimulainya musim hujan, saya mendapati banyak pasien flu. Jadi saya harus waspada," ujarnya.

Subrata Mandal, tenaga kesehatan informal lainnya yang tinggal beberapa kilometer jauhnya, juga berada di garis depan pemantauan Covid-19 di delapan desa.

Setelah seorang warga berusia 35 tahun dinyatakan positif Covid-19 setelah pulang dari pekerjaannya di Mumbai, Mandal mengaturnya supaya dikarantina. Bersama 70 tenaga kesehatan informal lainnya, dia kemudian berkunjung dari pintu-ke-pintu di dua lusin desar, membagikan masker dan cairan pembersih tangan serta mengimbau warga untuk menjaga kesehatan.

Mereka juga merekam informasi tentang virus corona ke dalam kaset dan memutarnya keras-keras dari mobil van yang mereka kendarai keliling kampung.

"Kita tidak boleh lengah," kata Mondal, 49 tahun, yang berhenti sekolah setelah SMA dan bekerja sebagai pembantu dokter sebelum membuka kliniknya sendiri 12 tahun silam.

India hanya menghabiskan 1,28 persen dari PDB-nya untuk kesehatan publik, salah satu yang terendah di dunia. Salah satu alasan tenaga kesehatan informal seperti ini subur di India ialah terlalu sedikit dokter yang bekerja di pedesaan.

"Mereka bisa diandalkan dan anggota terpercaya dalam komunitas yang mereka layani," kata Jishnu Das, profesor ekonomi di Georgetown University.

Studi terbaru oleh Profesor Das dan satu tim peneliti dari India dan AS mendapati 68 persen dari semua penyedia layanan kesehatan di desa merupakan tenaga kesehatan informal yang tidak memiliki kualifikasi. Namun mereka juga menyadari bahwa "peran kunci" yang dimainkan oleh tenaga kesehatan informal di pedesaan India "perlu pengakuan".

Di beberapa bagian bahkan, para peneliti menemukan, mereka sebenarnya "lebih berwawasan" tentang kesehatan daripada dokter berkualifikasi, cerminan pelatihan medis yang tidak merata antar negara-negara bagian India.

"Jika tenaga informal dihitung sebagai penyedia perawatan utama, tidak akan ada kekurangan sumber daya manusia - India akan memiliki lebih banyak tenaga kesehatan per warga daripada di pedesaan Eropa atau AS," kata Profesor Das.

Menyusul pecahnya pandemi, tenaga informal memainkan peran yang sangat penting dalam pemantauan warga, melaporkan warga yang menunjukkan gejala demam dan influenza, dan bahkan mengantarkan orang ke pusat tes.

Salah satu cara untuk membuat para tenaga kesehatan ini lebih berguna ialah memberi mereka lebih banyak pelatihan.

Penelitian yang dilakukan sekelompok peneliti, termasuk pemenang Hadiah Nobel ekonomi Abhijit Banerjee, pada 2016 menemukan bahwa meskipun dokter berkualifikasi cenderung menangani kasus lebih baik daripada tenaga informal, "pelatihan telah menutup celah dalam penanganan kasus yang tepat". Kelompok nasional dokter berlisensi telah secara konsisten menyatakan pekerjaan tenaga kesehatan informal "ilegal".

Sejak 2008, organisasi nirlaba yang berbasis di Kolkata, Liver Foundation telah melatih tenaga-tenaga informal ini. Sekarang, pemerinta Bengal Barat juga memberikan pelatihan di lebih dari 30 pusat pelatihan. Abhijit Chowdhury, yang mengelola organisasi itu, mengatakan dalam banyak cara, dia berutang nyawa pada tenaga kesehatan informal.

"Sekitar 45 tahun lalu, saya digigit ular di rumah saya di desa pada suatu malam. Kota terdekat jaraknya 10km. Hanya ada satu telepon di desa," tuturnya.

"Keluarga saya memanggil 'tabib' lokal. Dia pun segera datang, membersihkan lukanya, memberi saya pil anti alergi, memanggil ambulans, dan mengantar saya ke rumah sakit."

"Bisa dibilang, dia selamatkan nyawa saya malam itu."

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/05/112325070/para-tabib-ini-lindungi-desa-india-dari-virus-corona

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke