Masjid Jami Tengah Ghamkol Sharif di Birmingham contohnya. Tempat parkirnya diubah menjadi kamar mayat dengan kapasitas 150 jenazah.
Masjid ini salah satu yang tetap dibuka secara khusus di pusat kota Inggris, di saat masjid-masjid lainnya tetap ditutup saat Ramadhan 2020 karena pandemi virus corona.
Dilansir dari pemberitaan AP Selasa (28/4/2020), kamar mayat ini dikelola secara sukarela.
Terlihat deretan tenda putih, lemari berpendingin, dan tumpukan peti mati yang rapi. Ini menjadi bukti virus corona banyak memakan korban komunitas Muslim di Inggris.
London dan Midlands yang berpusat di Birmingham adalah dua wilayah multi-etnis yang mencatatkan jumlah kematian terbesar akibat Covid-19.
Mohammed Zahid takmir masjid yang membantu mendirikan kamar mayat bersama direktur firma pemakaman Muslim mengatakan, masjid di Birmingham biasanya mengadakan 1-2 pemakaman seminggu.
Dalam beberapa minggu terakhir, "kami melakukan 5-6 sehari," katanya dikutip dari AP.
"Anda dapat melihat bagaimana keluarga-keluarga itu berduka," kata Zahid (44) sambil mengenakan masker, baju pelindung, dan sarung tangan saat bergerak di antara peti mati.
Aturan social distancing yang ditetapkan pemerintah hanya mengizinkan maksimal 6 orang untuk menghadiri setiap pemakaman.
"Terutama ketika mereka tidak bisa ditemani sepupu serta saudara laki-laki dan perempuan - itu sangat sulit bagi mereka yang kehilangan orang-orang yang dicintai," kata Zahid yang telah kehilangan 2 bibi karena Covid-19.
"Apa yang Anda katakan kepada keluarga yang memiliki 5 putra atau putri, dan beberapa dari mereka harus tinggal di rumah?"
Kisah serupa juga terjadi di Masjid Green Lane di dekatnya, tempat peti mati tertumpuk di aula.
Biasanya masjid itu mengadakan 25 pemakaman setahun, tapi selama 3 minggu terakhir ini sudah ada 5 pemakaman per hari.
"Semua orang khawatir apakah anggota keluar mereka yang (meninggal) berikutnya, orang yang mereka cintai," kata Saleem Ahmed kepala kesejahteraan dan layanan masjid.
Inggris telah mencatatkan lebih dari 20.700 kematian di rumah sakit karena Covid-19. Ribuan lainnya kemungkinan telah meninggal di panti jompo.
Virus ini menyerang orang-orang daru segala usia dan latar belakang, termasuk Perdana Menteri Boris Johnson yang sempat dirawat intensif selama 3 malam.
Namun bukti juga menunjukkan etnis minoritas di Inggris merasakan dampak yang tidak proporsional.
Statistik menunjukkan 16 persen dari korban meninggal Covid-19 di Inggris hingga 17 April berasal dari warga kulit hitam, Asia, atau etnis minoritas (BAME). Sekitar 14 persen populasi Inggris berasal dari latar belakang itu.
Hal yang lebih mencolok, data dari Audit dan Penelitian Nasional Perawatan Intensif menunjukkan, sepertiga dari pasien yang dirawat intensif karena Covid-19 di Inggris tidak berkulit putih.
Kemudian lebih dari 100 pekerja perawatan kesehatan yang telah meninggal karena virus corona berasal dari golongan BAME.
AP melaporkan, pemerintah Inggris telah meminta pejabat kesehatan masyarakat untuk menyelidiki dampak besar virus corona pada minoritas.
https://www.kompas.com/global/read/2020/04/28/214050270/ramadhan-2020-masjid-inggris-lebih-ramai-untuk-pemakaman-korban-covid-19