Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wajah India dalam Lockdown: Kebutuhan Pokok Langka, Polusi Berkurang, Burung Berkicau

Dilansir dari pemberitaan AFP, rak-rak kebutuhan pokok banyak yang kosong karena kehabisan, di kota-kota besar seperti New Delhi dan Mumbai.

"Semakin sulit mendapatkan barang (pokok)," kata seorang penjual sayur di Mumbai bernama Rafiq Ansari (35) dikutip dari AFP.

"Kita akan menghadapi kekurangan (dalam jumlah) besar di hari-hari mendatang, dan di saat bersamaan harga juga naik. Harga tomat (sekarang) naik lebih dari dua kali lipat," tambahnya.

Di New Delhi, beberapa bus masih beroperasi tapi hanya mengizinkan pemegang izin pemerintah untuk naik.

Sementara itu polisi dan paramiliter menghentikan kendaraan pribadi yang melintas.

Di Ghaziabad, luar Delhi, banyak orang merasa tidak nyaman dengan kebijakan baru ini, dan mengeluhkan aturan lockdown tidak jelas penerapannya.

Beberapa mengatakan mereka telah dihambat polisi ketika pergi membeli obat.

Dalam aturan lockdown ini, Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan para pelanggar aturan akan diganjar hukuman penjara atau denda dengan jumlah tertentu.

Panic buying sempat terjadi di Negeri "Bollywood" beberapa jam setelah lockdown diumumkan Modi di televisi, untuk menekan penyebaran wabah virus corona atau penyakit Covid-19

PM ke-14 di India itu lalu coba menenangkan situasi, dengan mengatakan stok kebutuhan pokok masih mencukupi.

"Kebutuhan pokok, obat-obatan, dan lain-lain masih tersedia. Pemerintah pusat dan negara bagian akan berkoordinasi untuk memastikan hal ini," kata Modi.

Akan tetapi pada Rabu (25/3/2020) atau sehari berselang setelah pengumuman, seorang pemilik toko mengeluhkan pemasok yang dilarang memasuki kota, dan khawatir kehabisan stok jika tetap membuka toko.

"Saya mendapat kiriman susu, telur, dan roti. Katakanlah rata-rata saya mendapat 100 paket roti, (tapi) hari ini saya hanya punya 20," kata seorang penjaga toko di Delhi bernama Pradeep.

"Saya menjualnya ke setiap orang yang datang. Saya tidak yakin berapa lama persediaan yang ada akan bertahan," ungkapnya.

Sementara itu petugas kebersihan bernama Ajay mengatakan dia dan rekan-rekannya diminta tetap bekerja setiap hari.

"Tapi ada kekurangan staf. Kami tinggal berdekatan dan punya kendaraan sendiri, tetapi mereka yang tinggal di negara bagian lain tidak bisa datang. Transportasi terbatas," kata Ajay pada AFP.

Ajay juga mengkhawatirkan dirinya bisa ikut terjangkit virus corona.

"Ada banyak orang seperti saya. Bukankah kita juga bisa terkena virus? kami tidak punya alat pelindung," keluh Ajay.

Sky News menberitakan, lockdown India bisa memberi dampak buruk ke warga miskin, pekerja dengan upah harian, dan golongan ekonomi lemah.

Dengan adanya lockdown, mereka kini tidak tahu harus mencari rezeki ke mana. Pemerintah pusat India pun dikritik karena kurang baik merancang situasi di golongan masyarakat tersebut.

Beberapa pemerintah di negara bagian kemudian berinisiatif memberi makanan gratis dan tempat tinggan untuk tunawisma.

Pemerintah Bengala Barat misalnya, yang mengatakan akan menyediakan sejumlah makanan gratis bagi 75 juta penduduknya selama 6 bulan ke depan.

Begitu pun dengan pemerintah Delhi yang menjanjikan makanan gratis untuk semua orang di shelter.

Kicau burung gantikan suara klakson

Dari area restoran yang biasanya ramai di Mumbai hingga ke barat menuju kota Ahmedabad, jalan-jalan yang biasanya dipenuhi polusi asap kendaraan kini sepi.

Kicau burung dapat terdengar di banyak lingkungan, menggantikan klakson bus dan bunyi mesin becak motor, yang biasanya memadati jalanan itu.

Bahkan di luar kota, wartawan AFP mengabarkan warga di beberapa daerah pedesaan mendirikan barikade pagar bambu, untuk mencegah siapa pun datang dan pergi.

Namun di tengah kecemasan dan keluhan terkait aturan lockdown ini, masih ada dukungan yang diberikan untuk keputusan Modi.

"Lockdown adalah satu-satunya cara penyebaran penyakit bisa diperiksa," ujar Dhirendra Kumar, seorang pensiunan pengacara di utara kota Lucknow.

"Kita sebaiknya mendukung lockdown ini," imbuhnya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/03/26/120000570/wajah-india-dalam-lockdown-kebutuhan-pokok-langka-polusi-berkurang-burung

Terkini Lainnya

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke