Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Air Rebusan Mie Instan Perlu Diganti Dua Kali?

KOMPAS.com - Sejumlah orang ada yang mengganti air rebusan mi instan pertama untuk membuat mi kuah. Kemudian, menggunakan air rebusan kedua untuk kuah mi.

Hal tersebut dilakukan karena beberapa orang percaya bahwa air rebusan mi instan berbahaya.

Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat DR.dr. Tan Shot Yen, M. Hum. menjelaskan lebih lanjut mengenai air rebusan pertama mi instan.

Kandungan air rebusan mi instan

Air rebusan mi instan cenderung berwarna keruh setelah dimasak. Warna tersebut dihasilkan dari kebanyakan mi instan yang berwarna kuning. 

Warna air yang berubah setelah dimasak bersama mi instan tidak membahayakan dan tetap bisa dikonsumsi langsung bersama mi instan.

"Semua isi yang sudah masuk kemasan makanan dan teregister BPOM itu artinya sudah aman dan higienis menurut standar," kata Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat DR.dr. Tan Shot Yen, M. Hum.

Menurut Tan, tidak ada aturan khusus untuk mengganti air rebusan mi instan. Mengganti air rebusan mi instan atau tidak, bisa diikuti sesuai petunjuk masak mi yang tertera di kemasan.

"Jika air rebusannya bahaya, maka mi lebih bahaya lagi dong? Wah, itu menyesatkan," lanjutnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/6/2021).

Buku "Mi Instan Mitos, Fakta dan Potensi" (2016) oleh FG Winarno terbitan Gramedia Pustaka Utama menuliskan bahwa air rebusan mi instan justru mengandung nutrisi.

Terdapat garam (mineral) dan vitamin dalam air rebusan mi instan yang larut saat mi instan dipanaskan atau direbus.

Selain itu, membuang air rebusan mi instan dapat menurunkan cita rasa mi instan itu sendiri.

Takaran konsumsi mi instan

Menurut Tan, mi instan adalah salah satu produk ultra proses yang dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan apabila dikonsumsi tanpa literasi gizi.

Produk ultra proses seperti mi instan dianggap sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi dan industri karena praktis dan mudah didapat.

Namun, produk ultra proses justru bisa menyebabkan timbulnya beberapa masalah kesehatan seperti pencetus obesitas hingga gangguan gizi terutama pada tumbuh kembang anak. 

"Istilah bahaya itu relatif. Gak ada orang makan mi instan lalu kejang-kejang atau langsung sakit. Nah, urusannya beda jika disebut berbahaya bila jadi kecanduan, terlalu sering, dan terlalu banyak. Karena itu, biasakan baca label dan pahami kebutuhan tubuh," kata Tan.

Tidak ada takaran pasti seberapa banyak mi instan yang bisa dikonsumsi oleh satu orang pada jangka waktu tertentu.

Tan menuturkan bahwa sedikit banyaknya jumlah mi instan yang bisa dikonsumsi tergantung pada derajat sensitivitas dan kecanduan seseorang. 

"Celakanya, orang tidak tahu saat masalah itu datang karena kerap tidak bergejala seperti hipertensi hingga gangguan gizi. Sebab, mi instannya itu tidak mencukupi kebutuhan gizi harian," ujar Tan.

Buku "Mi Instan Mitos, Fakta dan Potensi" (2016) oleh FG Winarno terbitan Gramedia Pustaka Utama tersedia online di Gramedia.com.

https://www.kompas.com/food/read/2021/06/19/102900575/apakah-air-rebusan-mie-instan-perlu-diganti-dua-kali-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke