Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Para Tenaga Pelatih dalam Program SIDP dari British Council

Kompas.com - 26/01/2024, 09:20 WIB
Erwin Hutapea

Penulis


KOMPAS.com - Skills for Inclusive Digital Participation (SIDP) merupakan rangkaian pelatihan digital yang diselenggarakan oleh British Council Indonesia.

Program ini bertujuan untuk melayani dan melatih keterampilan digital yang berfokus pada kelompok yang kurang diperhatikan secara digital, seperti pemuda dari latar belakang ekonomi rendah, perempuan, dan penyandang disabilitas.

Proyek yang dilaksanakan di Papua, Papua Barat, Papua Barat Daya, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Bali sejak tahun 2022 ini telah melatih 133 pelatih tingkat komunitas Community Level Trainer (CLT), 4.119 peserta keterampilan digital inklusif dasar, dan 1.450 peserta keterampilan digital tingkat menengah.

Dukungan terhadap program ini juga datang dari para Expert Level Trainer (ELT) untuk memberikan pelatihan literasi digital dasar dan keterampilan digital tingkat menengah kepada para CLT.

Salah satu ELT yang berperan dalam pelatihan SIDP adalah Dany Wetangterah. Ia merupakan Direktur Program dan Resiliensi Komunitas Yayasan Pikul. Ini merupakan lembaga independen yang tujuannya meningkatkan kemampuan masyarakat tingkat komunitas di wilayah Indonesia timur.

Dany telah bergabung dalam program SIDP sejak fase 1 tahun 2021. Ia menyupervisi dua mitra lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu Yayasan Mitra Tani Mandiri di Kabupaten Kefamenanu dan Yayasan Sumba Cendekia Bestari di Kabupaten Sumba Barat.

Ia memandang Skills for Inclusive Digital Participation merupakan program yang unik karena berpihak kepada orang-orang yang selama ini kurang mendapatkan perhatian. Sebelumnya ada program serupa di Indonesia, tetapi yang spesifik untuk masyarakat inklusif masih kurang.

“SIDP ini unik karena keberpihakan kepada kaum marginal, di Indonesia banyak program literasi digital, tapi yang spesifik inklusif tidak banyak,” ujar Dany dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Kamis (25/1/2024).

Hal menarik lainnya yakni pengembangan materi dan metode pelatihan ini dikerjakan bersama dengan para penyandang disabilitas sehingga modulnya dibuat sedemikian rupa agar bisa fleksibel sesuai kebutuhan.

Fleksibilitas modul tersebut menjadi gabungan antara permintaan peserta pelatihan sesuai jenis hambatan yang mereka alami dengan rancangan materi yang dibuat oleh para tenaga pelatih.

Modulnya pun didesain sangat mendasar dan mempertimbangkan hal-hal teknis, misalnya cara menyalakan laptop dan ponsel, serta bagaimana modul ini dapat digunakan di lokasi yang belum terjangkau listrik.

“Artinya pelatihan dan modul ini akan dilaksanakan pada kelompok- kelompok yang tidak biasa. Fleksibilitas itu gabungan antara permintaan dan jenis hambatan mereka, baik fisik maupun lingkungan,” jelas Dany.

Dari pengalamannya beberapa tahun sebagai ELT, materi yang paling dibutuhkan adalah terkait dengan keuangan digital, yaitu bagaimana menggunakan internet untuk transaksi digital. Sebab, aktivitas perekonomian di desa saat ini mulai bergerak ke arah itu.

Namun, pelatihan digital untuk penyandang disabilitas tidak selamanya mudah. Bagi dia, ada juga kendala yang dihadapi di lapangan karena belum bisa menjangkau semua ragam disabilitas.

Maka dari itu, Dany bersama para mitra lain masih terus mencoba menerapkan berbagai jenis metode pelatihan untuk memahami hambatan-hambatan yang diaalami oleh penyandang disabilitas.

“Kendala yang menantang kita belum bisa jangkau semua ragam disabilitas karena banyak. Bagaimana cara melibatkannya? Kawan-kawan partner masih terus bereksperimen, coba ini itu. Perlu pemahaman bersama tentang hambatan kawan-kawan disabilitas,” imbuhnya.

Meski demikian, menurut dia, pelatihan SIDP ini merupakan langkah awal yang baik karena mempunyai keberpihakan khusus. Sebab, berkenalan dengan para penyandang disabilitas itu seperti mengingatkannya bahwa selama ini banyak yang melupakan mereka.

“SIDP ini untuk membalas hal yang belum saya lakukan bahwa kelompok ini (penyandang disabilitas) sempat kami lupakan. Saya merasa bangga bisa terlibat dalam proses ini dan memahami konteks baru, serta mendorong kawan-kawan disabilitas juga bisa memiliki pemenuhan hak yang sama dengan saya tanpa hambatan,” tutur Dany.

Baca juga: Kembangkan Literasi Digital di Daerah, British Council Gelar Pelatihan SIDP

Penyandang tunanetra sebagai Community Level Trainer

Pengalaman serupa sebagai tenaga pelatih dalam program SIDP juga dirasakan oleh Pratama Rizky Jusufi Lodong, yang akrab dipanggil Rizky.

Ia merupakan tunanetra yang dalam kesehariannya menjadi guru kelas 4 dan 5 tunanetra, serta guru pelajaran Seni Budaya kelas 12 di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Radja, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sekolah ini juga merupakan almamaternya.

Awal mula Rizky berkenalan dengan SIDP saat dirangkul oleh Yayasan Pikul di Kupang sebagai mitra pelaksana British Council Indonesia. Ia diinformasikan untuk mengikuti seleksi sebagai Community Level Trainer (CLT) dan setelah dinyatakan layak, ia bergabung dengan program ini tahun 2021.

Materi yang dirancangnya cukup beragam, contohnya cara berselancar dengan aman di internet, mengaktifkan dan menonaktifkan komputer, serta mengakses MS Office.

“Materi-materi itu sangat membantu teman-teman yang belum mengenal apa itu digital. Ada juga materi untuk membuat akun e-mail dan kata sandi, serta mengidentifikasi berita asli dan palsu,” kata Rizky, Kamis (25/1/2024).

Ia mengungkapkan bahwa sesudah mengikuti pelatihan, kebanyakan peserta memiliki keterampilan yang meningkat, seperti mampu mengoperasikan komputer dan ponsel, menggunakan screenreader, menjalankan usaha berjualan secara online bagi penyandang low vision, serta membuat akun dan kata sandi untuk media sosial.

Dalam bertugas sebagai CLT, ia telah memberikan empat pelatihan di wilayah Kupang, dengan jumlah peserta 30 orang dalam rentang usia antara 18 sampai 30 tahun, yang bertempat di kantor Dinas Sosial dan Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) setempat.

Hampir sama dengan Dany, Rizky pun menghadapi tantangan saat menyampaikan materi pelatihan, baik dari peserta maupun dirinya sendiri.

“Ada 30 peserta tanya dalam waktu bersamaan, kewalahan juga, jadi harus keliling memberi arahan kepada masing-masing individu yang tanya. Itu agak susah bagi saya sebagai CLT dengan kondisi seperti ini,” ucapnya.

Akan tetapi, dia mengaku tetap bersemangat karena pelatihan ini sangat membantu untuk orang-orang sepertinya. Sebagai contoh, mereka sekarang sudah bisa memesan ojek dan taksi online secara mandiri, dan pergi ke tempat kerja atau usaha mereka masing-masing.

Selain itu, ada pula yang sekarang mampu berbisnis secara online sehingga tidak perlu lagi berjualan keliling di luar. Mereka tinggal mengunggah produk yang dijual dan memesan kurir untuk mengantar produk jualannya ke konsumen.

Dalam program SIDP ini juga Rizky mendapat pengalaman baru, yaitu ada talking book yang disosialisasikan sehingga cukup efektif saat didengarkan kepada tunanetra.

“Pelatihan ini sangat penting karena tanpa paham apa itu digital dan perangkat-perangkatnya, disabilitas akan terhambat dalam segala hal. Aspek mobilitas, pendidikan, pekerjaan dan lainnya akan terhambat kalau kami tidak bisa mengimbangi perkembangan teknologi saat ini,” ujar Rizky.

Dari sejumlah pelatihan yang digeluti, ia pun mengimbau agar modul yang dibuat benar-benar melibatkan dan disesuaikan dengan jenis ketunaan para penyandang diabilitas supaya lebih spesifik.

Tidak hanya itu, Rizky berpendapat, pemerintah pusat dan daerah juga perlu melakukan pelatihan digital semacam ini secara bertahap, termasuk di wilayah NTT yang luas. Dengan demikian, para penyandang disabilitas di kabupaten lain juga bisa merasakan manfaat pelatihan, tidak hanya di Kupang.

British Council mulai melaksanakan program Skills for Inclusive Digital Participation di Indonesia sejak tahun 2021 dan didanai oleh Foreign Commonwealth and Development Office (FCDO) Pemerintah Inggris, serta merupakan bagian dari Digital Access Programme FCDO.

Program ini menghubungkan antara Indonesia dan Inggris untuk bertukar pengetahuan serta berkolaborasi guna membekali generasi muda, penyandang disabilitas, dan perempuan dengan keterampilan digital.

Melalui proyek ini, diharapkan dapat membuka akses digital mereka untuk meningkatkan mata pencarian dan menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan digital pada masyarakat Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com