Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jutaan Buku Telah Disebar demi Literasi Anak, Distribusi dan Pemanfaatan adalah Kuncinya

Kompas.com - 20/11/2023, 14:09 WIB
Erwin Hutapea

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) telah meluncurkan platform Merdeka Belajar Episode Ke-23 tentang Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia.

Menurut Kemendikbud Ristek, program itu menyediakan dan mendistribusikan sekitar 15,4 juta eksemplar buku bacaan bermutu ke seluruh Indonesia, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Selain itu, disertai dengan pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20.000 tenaga pengajar di pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD) yang paling membutuhkan.

Program tersebut bermaksud untuk meningkatkan literasi dan minat baca anak sekolah di Indonesia. Maka dari itu, diperlukan kualitas pembelajaran yang baik dan harus difasilitasi dengan ketersediaan dan pemanfaatan buku bacaan secara tepat.

Namun, dalam pelaksanaannya, ternyata penyediaan buku bacaan itu mengalami beberapa kendala di lapangan, antara lain mengenai distribusi dan pemanfaatan.

Tidak dimungkiri bahwa distribusi menjadi salah satu masalah kunci karena tujuan utama dari program ini adalah daerah 3T yang kondisi geografisnya cukup menantang sehingga transportasinya pun lebih sulit.

“Kendala pertama dari sisi distribusi karena memang fokus utama kami adalah sekolah di daerah 3T yang transportasi dan geografisnya sulit sehingga kami bekerja sama dengan PT Pos untuk mendistribusikan buku-buku itu langsung ke sekolah,” ujar Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbud Ristek, Hafidz Muksin dalam keterangan resminya, Sabtu (18/11/2023).

Baca juga: Makin Mendesak, Papua Darurat Literasi dan Pelestarian Bahasa Daerah

Kemudian, mengenai pemanfaatan buku bacaan tersebut, Badan Bahasa mendorong agar setelah sampai di sekolah, buku itu tidak hanya ditaruh di perpustakaan, tetapi juga diletakkan di pojok-pojok baca di ruang kelas.

Penempatannya pun perlu diatur supaya semenarik mungkin setiap hari dengan judul yang berbeda-beda di rak buku.

Dengan demikian, anak-anak akan tertarik melihat judul dan gambarnya, kemudian mau membaca, baik pada jam pelajaran sekolah maupun sebelum atau sesudahnya, serta jam istirahat.

“Sekolah mungkin belum mendapatkan informasi lengkap sehingga belum dapat mengoptimalkan pemanfaatan buku tersebut. Ada yang masih ditumpuk, ada juga yang belum ditata dengan baik karena ruang perpustakaannya tidak ada. Kalaupun ada, tetapi terbatas. Itu kendala pemanfaatannya, perlu didukung dan didorong oleh kita semua,” jelas Hafidz.

Terkait hal itu, imbuhnya, pendampingan dan pelatihan kepada para guru menjadi hal penting agar mereka bisa memanfaatkan buku bacaan tersebut semaksimal mungkin untuk meningkatkan minat baca dan literasi murid sekolahnya masing-masing.

Badan Bahasa melalui Unit Pelaksana Teknis di daerah, yaitu Kantor Bahasa dan Balai Bahasa, bekerja sama dengan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan dan Balai Guru Penggerak daerah setempat untuk melakukan bimbingan teknis pengelolaan perpustakaan di sekolah-sekolah.

Pelatihan kepada guru-guru yang nantinya menjadi guru mentor, guru master, atau guru pembimbing itu diharapkan bisa menularkan dan mengimbaskan ilmunya ke sekolah lain, terutama pada sekolah-sekolah yang sudah mendapatkan buku-buku bantuan agar bisa dimanfaatkan.

“Alhamdulilah buku itu sudah memberikan pemahaman kepada kepala sekolah, guru, dan pengelola perpustakaan untuk melakukan penataan dan pemanfaatan buku tersebut. Ini akan kami teruskan tahun depan secara berkesinambungan untuk melakukan bimbingan teknis,” ucap Hafidz.

Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Hafidz Muksin (kanan) berkunjung ke perpustakaan SD Negeri 13 Kota Ternate Tengah, Provinsi Maluku Utara, Sabtu (18/11/2023).Dok. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Hafidz Muksin (kanan) berkunjung ke perpustakaan SD Negeri 13 Kota Ternate Tengah, Provinsi Maluku Utara, Sabtu (18/11/2023).

Dalam kunjungannya ke SD Negeri 13 Kota Ternate Tengah dan SD Negeri 25 Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, Sabtu (18/11/2023), Hafidz memastikan bahwa buku-buku bacaan tersebut sudah diterima dengan baik, utuh, dan tidak ada kekurangan.

Menurut dia, pengelolaannya sudah cukup baik walaupun ada keterbatasan karena tidak memiliki rak yang banyak, perpustakaan di sekolah itu sudah menata buku-buku bacaan di raknya.

Namun, ada sejumlah buku yang masih tampak ditumpuk sehingga semuanya tidak terlihat.

“Tadi kita sudah melihat minat dan animo anak-anak untuk membaca itu sangat besar. Mereka sampaikan bukunya keren dan warnanya menarik. Untuk dibaca juga enak karena di satu halaman hanya ada dua baris yang memudahkan untuk membaca dan memahaminya, serta bisa menceritakan lagi ke teman-teman lain,” imbuh Hafidz.

Baca juga: Peningkatan Literasi Penting Dilakukan agar Siswa Berpikir Kritis

Sementara itu, Kepala SD Negeri 13 Kota Ternate Tengah Hadidjah Bakar mengatakan, pengadaan buku bacaan itu cukup berpengaruh terhadap peningkatan minat baca dan nilai akademik murid sekolahnya.

Dari pengamatannya, anak-anak yang suka membaca buku itu prestasinya meningkat. Maka dari itu, pihaknya akan terus menekankan kepada para siswa agar semakin rajin membaca buku dan mengajak teman-temannya.

“Kalau diamati, kita punya anak-anak yang baca buku itu otomatis ikut (bertambah) prestasinya anak itu. Kita di sini selalu ditekankan anak-anak di sekolah baca sesuai jadwalnya dan jangan malas sekolah lagi,” kata Hadidjah.

Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Hafidz Muksin (kanan) berkunjung ke perpustakaan SD Negeri 25 Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, Sabtu (18/11/2023).Dok. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Hafidz Muksin (kanan) berkunjung ke perpustakaan SD Negeri 25 Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, Sabtu (18/11/2023).

Dia pun sudah menunjuk pengelola perpustakaan sekolah agar bisa menata peletakan buku dengan lebih baik dan manfaatnya semakin maksimal sehingga bantuan buku bacaan bermutu dari pemerintah dapat lebih meningkatkan minat baca dan literasi anak sekolah.

Untuk diketahui, hasil Asesmen Kompetensi Mininum (AKM) dalam Asesmen Nasional (AN) 2021 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami darurat literasi. Sebanyak satu dari dua peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi.

Hasil itu sejalan dengan capaian Program for International Student Assessment (PISA) yang menunjukkan bahwa skor literasi membaca peserta didik di Indonesia masih di bawah rata-rata peserta didik di negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan belum meningkat secara signifikan dalam 20 tahun terakhir.

Maka dari itu, diperlukan kualitas pembelajaran yang baik serta difasilitasi dengan ketersediaan dan pemanfaatan buku bacaan secara tepat untuk meningkatkan kompetensi literasi peserta didik di Indonesia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com