Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arifin Senang Bisa Kuliah Gratis di UGM, Dulu Anak Korban Tsunami Aceh

Kompas.com - 10/07/2023, 12:03 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber UGM

KOMPAS.com - Pada 2004 silam, di Aceh terjadi bencana tsunami yang dahsyat. Banyak warga yang jadi korban hingga kehilangan tempat tinggalnya.

Seperti halnya yang dialami Muhammad Arifin Ilham (18). Ia lahir tiga bulan usai tsunami Aceh 2004.

Orangtuanya kehilangan rumah karena rata dengan tanah akibat terkena terjangan tsunami. Hingga mengharuskan Arifin dan kedua orangtuanya tinggal di barak pengungsian.

Meski demikian, kini Arifin bersyukur bisa kuliah di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia yakni di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Baca juga: Terkait Kasus Antraks, Pakar UGM: Bahaya Menyembelih Ternak Sakit

Bahkan ia menjadi penerima UKT Pendidikan Unggul bersubsidi 100% (UKT 0) dari UGM sehingga dibebaskan dari biaya kuliah hingga 8 semester.

Tidak hanya itu saja, Arifin juga menjadi kandidat penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari pemerintah.

Hidup di lingkungan sederhana

Melansir laman UGM, Senin (10/7/2023), Arifin masuk Universitas Gadjah Mada melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2023 di Prodi Ilmu Hubungan Internasional FISIPOL.

Arifin merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Mukhlis (46) dan Afrianti (40) asal Desa Lamgeu eu, Peukan Bada, Aceh Besar.

Sang ayah menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga yang setiap harinya menjalankan usaha toko kelontong. Dari usahanya itu, pendapatan yang dihasilkan setiap bulannya rata-rata Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta dan itu untuk menghidupi keluarga besarnya.

Maka tak heran jika sejak kecil Arifin hidup dan tumbuh di lingkungan sederhana. Bahkan, di awal kehidupannya dijalani di barak pengungsian.

Ia lahir tiga bulan setelah tsunami meluluhlantahkan Banda Aceh, termasuk kampung halamannya. Dari lahir hingga usia dua tahun ia terpaksa tinggal di tenda barak pengungsian karena rumah orang tuanya rata dengan tanah tak bersisa.

Baca juga: 5 Cara Meningkatkan Soft Skill Mahasiswa, Tertarik?

Dalam kondisi mengungsi, Arifin terlahir prematur di usia kandungan tujuh bulan dengan berat hanya 1,3 Kg.

"Saat terjadi tsunami Desember 2004 lalu, ibu masih kondisi hamil saya usia kandungan lima bulan. Alhamdulillah, bapak ibu berhasil selamat dari tsunami, lari ke bukit kala itu," ujarnya dikutip dari laman UGM.

Setelah 2 tahun tsunami berlalu, ia dan keluarganya kembali ke kampung halaman menempati rumah bantuan tsunami dari pemerintah.

Sejak saat itu sang ayah memulai kembali usaha toko kelontong warisan keluarga di Desa Keudebing yang berjarak sekitar 4 Km dari rumahnya.

Sejak SD sudah berprestasi

Meski hidup dengan kondisi kondisi pas-pasan, namun tak pernah sedikitpun Arifin berkecil hati. Apalagi berputus asa dalam menggapai mimpi.

Sejak kecil ia memang telah memimpikan bisa berkuliah agar bisa terlepas dari belenggu keterbatasan. Karenanya sedari bangku sekolah dasar ia berusaha untuk berprestasi dengan tekun belajar.

Bahkan sejak SD hingga SMP ia selalu masuk tiga besar di sekolah dan di jenjang SMA selalu meraih ranking 1 dan mendapatkan beasiswa pendidikan.

Baca juga: Cek 7 Kegiatan Mahasiswa di Kampus Selain Kuliah

Adapun sederet prestasi di tingkat nasional pernah diraih Arifin seperti juara 1 kompetisi Bahasa Inggris Jenius Competition 2022, juara 1 lomba esai FPCI UGM 2022, dan juara 1 Olimpiade Bahasa Inggris yang digelar PT. Bima Competition.

"Sejak SMP memang ingin kuliah di UGM. Kata orang-orang, kalau ada potensi lebih baik kuliah di luar Aceh, jadi saya semakin senang dan mantap pilih UGM karena 12 tahun kan sudah habiskan belajar di Aceh," jelas dia.

Kemudian meminta izin kedua orangtua dan diberikan izin dengan syarat harus mencari beasiswa karena tidak mampu jika membiayai secara mandiri.

Sang ibunda, Afrianti mengatakan saat itu ia dan suami cukup lega karena putranya bisa meraih apa yang telah lama diimpikan.

Namun, mereka pun terkejut ketika mengetahui Arifin hanya dibebaskan dari biaya kuliah saja. Sementara biaya hidup selama kuliah masih harus mengupayakan sendiri.

"Ternyata beasiswanya tidak full, asrama dan biaya hidup tidak ditanggung. Saat itu saya bilang ke anaknya untuk tidak usah diambil karena memang tidak mampu biayanya, bantu-bantu di rumah jualan saja," terangnya.

Mereka pun lantas ke sekolah untuk menyampaikan hal tersebut. Namun, pihak sekolah menyarankan Arifin tetap lanjut kuliah.

Pasalnya, Arifin menjadi salah satu dari 2 lulusan MAN 1 Banda Aceh yang berhasil menjadi angkatan pertama tembus masuk UGM.

"Soal biaya hidup kata sekolah nanti bisa cari beasiswa KIP. Semoga dapat, kalau tidak ya anaknya cari beasiswa lainnya untuk hidup di Jogja," imbuh Mukhlis.

Baca juga: 4 Jenis Olahraga Ringan bagi Mahasiswa yang Sibuk

Mukhlis berharap nantinya anaknya bisa menjalani kuliah dengan lancar, lulus tepat waktu, dan segera mendapatkan pekerjaan.

"Kami hanya bisa mendoakan anaknya bisa lancar kuliah dan jadi orang sukses, bisa membantu keluarga nantinya," harap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com