Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Anak Terkena TBC di Bantul, Ini Kata Dokter Spesialis Unair

Kompas.com - 27/12/2022, 12:59 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta melaporkan adanya kasus anak terkonfirmasi tuberkulosis (TBC) sebanyak 619 anak dari total 1.216 total TBC positif yang ada di Kabupaten Bantul.

Sebanyak 619 di antaranya adalah kasus TBC anak dan 12 kasus pasien TBC resisten obat.

Baca juga: 3 Sekolah Terbaik di Bandung dan Profil Singkatnya

Dokter Spesialis Paru dan Dosen dari Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Arief Bakhtiar memberikan tanggapan terkait hal itu.

Kejadian tersebut, kata dia, timbul akibat kebiasaan masyarakat yang acuh dengan kesehatan, terutama terlalu menyepelekan batuk.

Tanpa disadari, gejala-gejala TBC hanya dianggap penyakit batuk biasa dan tidak dianggap serius sehingga enggan untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

"Bisa dipastikan anak yang terkonfirmasi TBC merupakan pasien yang tertular karena dalam lingkungannya terdapat orang dengan TBC positif namun tidak berobat dan menggunakan masker," ucap Arief dikutip dari laman Unair, Selasa (27/12/2022).

Dia menegaskan, kasus TBC pada anak umumnya tidak menular, kecuali ditemukan keterlibatan TB pada paru yang aktif.

"TB pada anak umumnya ekstra paru," ungkap Arief.

TBC pada anak, lanjutnya, adalah akibat tertular dari orang sekitarnya atau dari lingkungan keluarga yang menderita TBC paru.

Penularan ini bisa diakibatkan oleh TBC paru aktif, baik yang belum terdeteksi atau yang sudah terdeteksi namun belum menjalani pengobatan.

Baca juga: Artis Sering Umbar Aib di Medsos, Dosen Unair: Itu akibat Oversharing

"Bahkan banyak dari lingkungan mereka yang dengan status TBC positif tapi sering tidak menyadari dan hal itu didukung dengan kontak intens dengan waktu yang cukup lama," ucap pria yang saat ini jadi Ketua PDPI Cabang Jawa Timur.

Gejala TBC pada anak

Arief mengatakan, anak yang tertular TBC memiliki gejala yang hampir sama dengan batuk pada umumnya.

Beberapa gejala penyakit TBC pada anak, antara lain nafsu makan menurun, berat badan turun dan tidak naik atau naik namun tidak sesuai grafik tumbuh, dan gagal tumbuh.

Lalu demam tidak tinggi yang kronik atau berulang dengan penyebab yang tidak jelas, anak tidak aktif (lemas, letih, malaise kronik), dan batuk kronik selama kurang lebih dua minggu.

"Para orangtua seringkali tidak menyadari jika anak mereka terinfeksi TBC, sehingga mereka hanya memberikan perawatan biasa tanpa memeriksakan ke puskesmas atau dokter umum," jelas Arief.

Baca juga: 4 Cara Gunakan KIP Kuliah Digital, Mahasiswa Harus Tahu

Dia menjelaskan, faktor kekebalan tubuh anak menjadi salah satu hal penting yang berpengaruh pada proses penularan.

Terlebih anak dengan kondisi gizi buruk atau stunting cenderung memiliki daya tahan tubuh yang lemah sehingga dapat dengan mudah terinfeksi TBC.

"Pada anak stunting atau kurang gizi umumnya proses penularan cenderung lebih cepat dikarenakan TBC dapat dengan mudah masuk di kondisi pasien dengan kekebalan tubuh yang rendah," ungkap Arief.

Orangtua harus sigap dengan kasus TBC anak

Arief mengimbau para orangtua agar lebih jeli membedakan batuk biasa pada anak dan gejala TBC.

Apabila anak sudah mulai bergejala, segera lakukan pemeriksaan ke pusat layanan kesehatan. Kini pelayanan pengobatan TBC tersedia di puskesmas terdekat sehingga lebih mudah dijangkau masyarakat.

Arief mengatakan, penanggulangan TBC merupakan program nasional, pelayanan pasien tuberkulosis dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Program ini tentunya akan membantu masyarakat dalam pengobatan dan skrining TBC.

Baca juga: Kaleidoskop 2022: Tim Bayangan Nadiem hingga Perubahan Masuk PTN

"Saat ini pemerintah sudah memberikan akses obat gratis dan perawatan yang mudah dijangkau masyarakat dalam mengobati penyakit TBC. Banyak program seperti DOTS yang masuk di tengah masyarakat dan bisa diakses di puskesmas terdekat. Pengobatan TBC paru pada anak akan semakin baik apabila penanganan diberikan secara cepat," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com