Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UPI: Hati-hati, Guru Bisa Membuka Peluang Bullying Tanpa Sadar

Kompas.com - 28/11/2022, 08:30 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Maraknya kasus bullying di sekolah, bisa saja terjadi justru karena ada peran guru di dalamnya. Guru bisa menjadi pelaku bullying, tanpa ia sadari. Meski kampanye anti bullying marak dilakukan di sekolah, materi ini bisa macet kalau pendidik atau guru tak ikut berpartisipasi. 

Guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof Dinn Wahyudin memberikan salah satu contoh sikap guru yang bisa membuka peluang bullying di sekolah. 

"Kadangkala guru itu membuka peluang bullying. Misalnya, mengomentari tubuh siswanya. Kok kamu gendut? Karena dianggap komentar yang wajar, murid di kelas akhirnya ikut membully anak yang dikomentari guru itu," kata dia, saat dihubungi beberapa waktu lalu. 

Baca juga: Perlukah Kurikulum Anti Bullying di Sekolah? Ini Kata Pakar UPI

Prof Dinn mengatakan sikap guru yang mengomentari bentuk tubuh siswa, katakanlah gendut, seolah menggiring siswa di kelas berpikir jika gemuk adalah hal yang buruk. 

"Pada akhirnya hal ini menjadi repeating action. Menormalisasi candaan siswa yang gemuk. Guru tertawa, murid lain tertawa, akhirnya yang dibully ikut tertawa padahal tidak suka. Kebiasaan itu tidak ada yang mengingatkan akhirnya kalau bullying sudah semakin besar, mau menyalahkan siapa?" tanyanya. 

Ia mengatakan, tidak etis jika guru terlalu ikut campur mengurusi bentuk tubuh, kondisi ekonomi, suku, ras, agama maupun urusan pribadi siswa di depan siswa lainnya

 Baca juga: Apa Perbedaan Bercanda dan Bullying? Siswa Harus Tahu

"Pada akhirnya tidak ada keseimbangan potensi atau kekuatan, unbalance power. Siswa merasa powerful akhirnya ikut membully dan merasa berwibawa. Ketidakseimbangan itu kan yang menciptakan guru sendiri," kata dia. 

Selain mengomentari tubuh dan ekonomi siswa, kadang guru menciptakan persaingan di kelas yang menyebabkan celah bullying terbuka lebar. 

"Persaingan di kelas, mending dihentikan. Apakah prestasi atau yang lain, sudah waktunya dihentikan. Cobalah buat siswa itu berkolaborasi," imbuh Prof Dinn. 

Guru besar ini, mempertanyakan fungsi guru bila guru sendiri ikut menjadi pelaku bullying. 

Padahal, guru bukan sekadar mengajar saja tetapi membentuk karakter siswa jugalah kewajiban seorang guru. 

Guru sendiri, haruslah menjadi pihak yang peka akan bullying. "Misal ada anak suka membully, ya dicek apakah faktornya karena orangtuanya, lingkungannya. Di sekolah merasa tumbuh kemampuan membully. Di rumah tertekan sama orangtua," ujarnya. 

Lalu, tindakan apa yang harus dilakukan sekolah, untuk memberantas bullying? Terutama jika guru ikut berperan dalam kasus bullying. 

"Pertama, cobalah menyadari jika guru itu role model. Berhenti memilih anak emas diantara siswa, tunjukkan jika guru bisa menjadi teladan," tambah Prod Dinn. 

Baca juga: Fresh Graduate, Ingat 6 Hal Ini Saat Temui Bullying di Tempat Kerja

Kedua, buat regulasi atau aturan sekolah yang harus dilakukan siswa. Misalnya di kantin, ada pengawasan khusus dan siswa dilarang mengobrol yang pada akhirnya berujung pembullyan. 

Ketiga, melakukan joyfull learning. Guru harus membangun konsep belajar bersama secara menyenangkan. 

Konsep ini tidak hanya berlaku bagi siswa. Guru maupun siswa harus merasakan rasa senang saat belajar mengajar.

"Guru harus mengutamakan kesamaan hak antar siswa. Tidak ada anak cerdas, anak kurang cerdas, kaya atau miskin, semua sama. Harus diciptakan guru, lingkungan sekolah," tegasnya. 

Keempat, melakukan mini study trip ke tetangga sekolah, pasar terdekat, puskesmas, atau public place lainnya. 

Prof Dinn menyebut cara ini bisa dilakukan agar anak menyadari hidup itu terdiri dari banyak orang, banyak lapisan, yang saling membutuhkan. Kunjungan singkat ini, juga bisa menjadi refleksi bagi guru sendiri. 

Baca juga: 20 Contoh Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Beasiswa Luar Negeri

Kelima, gunakan profil pelajar pancasila semaksimal mungkin sebagai panduan dalam mencegah dan mengantisipasi bullying di sekolah. 

"Kendalanya adalah, pelaksanaan program ini. Bagaimana sekolah, guru ini memberikan profil ke siswa. Guru jangan terbatas mengajar mapel," kata dia. 

Untuk itu, diperlukan pengawasan menyeluruh baik antar guru, sekolah, bahkan Dinas Pendidikan agar bullying tidak terus terjadi. Termasuk, meminimalisir aktor bullying di sekolah. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com