Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Meramaikan Perpustakaan Sekolah

Kompas.com - 08/11/2022, 15:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BULAN Oktober baru saja berlalu. Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Oktober adalah Bulan Perpustakaan Sekolah Sedunia (International School Libraries Month).

Yang menetapkan adalah International Association of School Librarianship (IASL) pada tahun 2007. Sebelumnya, 18 Oktober ditetapkan sebagai Hari Perpustakaan Sekolah Sedunia sejak tahun 1999.

Setahu saya, tidak ada acara nasional untuk menyambut Bulan atau Hari Perpustakaan Sekolah Sedunia tersebut.

Saya tidak mendengar Menteri Pendidikan berpidato dengan tema perpustakaan sekolah. Saya juga tidak menyaksikan tayangan Presiden Jokowi berada di suatu perpustakaan sekolah, memilih-milih buku, membacanya sejenak, kemudian memberi petuah kepada murid-murid, lalu ditutup dengan acara kuis seperti biasa.

Dengan menyatakan itu, maksud saya sebenarnya adalah untuk menghimbau agar perpustakaan sekolah mendapat perhatian yang lebih besar dari pemerintah dan masyarakat.

Tidak perlu disebutkan lagi bahwa perpustakaan sekolah membekali generasi muda belia dengan keterampilan membaca, memahami, dan mengapresiasi berbagai aspek kehidupan.

Perpustakaan sekolah juga mendidik murid untuk disiplin dan bertanggung-jawab, dengan mengembalikan buku sebelum batas waktu pinjam dan menjaga kebersihan buku agar bisa dibaca lagi oleh orang lain.

Saya yakin tidak ada yang menolak pendapat bahwa peradaban bangsa dibentuk oleh pengetahuan, dan perkembangan pengetahuan difasilitasi oleh perpustakaan sebagai bagian penting dari proses pendidikan.

Maka keberadaan perpustakaan di setiap sekolah menjadi suatu keharusan. Namun apa yang terjadi di negeri ini, tidaklah demikian adanya.

Tidak semua sekolah

Dari 148.673 sekolah dasar (SD) negeri dan swasta di Indonesia saat ini, lebih dari 50.341 sekolah belum memiliki perpustakaan.

Itupun hanya 13.927 perpustakaan yang kondisinya baik, selebihnya rusak ringan, sedang, dan berat (Kompas.id, 27/9/2022).

Ini berarti sekitar 90 persen lebih SD tidak memiliki ruang perpustakaan beserta isinya yang layak guna. Keadaan perpustakaan sekolah tingkat SMP dan SMA mungkin sedikit lebih baik.

Bagi pemerintah, membangun perpustakaan untuk semua sekolah, khususnya tingkat SD, yang belum memiliki atau memperbaiki perpustakaan yang rusak tentunya bukan masalah besar.

Anggaran pendidikan setiap tahun dipatok minimal 20 persen dari total anggaran belanja nasional dan daerah. Masalahnya, seberapa besar perpustakaan sekolah dianggap sebagai prioritas?

Dapat diduga bahwa kendala pengembangan perpustakaan SD adalah karena ada pos belanja lain yang lebih prioritas, seperti honorarium guru yang belum terbayarkan di samping rendah, kegiatan belajar-mengajar yang perlu biaya besar, kurangnya ruang kelas untuk menampung murid baru, bangku belajar yang sudah rusak, dsb.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com