Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/08/2022, 08:52 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Sebanyak 29 ilmuwan internasional dari berbagai bidang studi dan kepakaran akan mementori peneliti Indonesia selama sembilan bulan ke depan.

Program mentoring yang dikemas dalam kegiatan Science Leadership Collaborative ini diselenggarakan oleh The Conversation Indonesia.

Baca juga: Mahasiswa Lakukan Perpeloncoan, Rektor Undip: Saya Langsung Drop Out

Program ini diberikan dalam rangka mendukung peneliti Indonesia menjadi pemimpin sains kelas dunia di masa yang akan datang, termasuk untuk Indonesia Emas 2045.

Dari 29 ilmuwan internasional, terdapat nama Guru Besar UGM, Prof. Agus Pramusinto yang akan menjadi mentor para peneliti muda Indonesia.

Selain Prof. Agus Pramusinto, beberapa ilmuwan yang menjadi mentoring berasal dari Amerika Serikat, Inggris, Skotlandia, Australia dan Jerman.

Seperti diketahui, Prof. Agus Pramusinto adalah dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM.

Riset-riset yang telah dilakukannya banyak berkontribusi di bidang desentralisasi, pemerintahan lokal, serta reformasi dan inovasi sektor publik di Indonesia.

Saat ini, Prof. Agus juga menjabat sebagai ketua Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dan Ketua Asosiasi Ilmu Administrasi Negara/Publik Indonesia.

Prof. Agus Pramusinto mengaku senang diberikan kesempatan untuk menjadi mentor bersama ilmuwan internasional lainnya dari negara lain.

Apalagi hal ini menurutnya kesempatan untuk berbagi pengalaman dan memotivasi peneliti muda Indonesia agar bisa berkiprah di tingkat global.

Baca juga: Ramai soal Berita Mahasiswa Baru Dijemur Saat Ospek, Ini Jawaban Untirta

"Bagi saya ini ajang sharing pengalaman dan wahana belajar dari ilmuwan lain. Mudah-mudahan pengalaman saya yang sedikit sebagai peneliti di bidang administrasi publik di Fisipol UGM bisa dibagikan buat ilmuwan muda yang lain," ucap dia melansir laman UGM, Selasa (16/8/2022).

Para peneliti muda Indonesia, kata Prof. Agus Pramusinto, diharuskan memiliki semangat dan konsistensi dalam bidang ilmu yang mereka geluti.

Namun, yang tidak kalah penting menurutnya adalah tidak mudah berputus asa dalam memublikasikan tulisan hasil riset mereka masing-masing di berbagai jurnal internasional.

"Kita harus memiliki passion di bidang yang kita geluti. Kita harus mencintai bidang yang menjadi denyut nadi hidup kita sehari-hari," jelas dia.

Dalam dunia penulisan, peneliti harus tahan banting ketika tulisan dikembalikan agar bisa untuk diperbaiki.

"Masih banyak peneliti Indonesia yang merasa bahwa sekali menulis harus langsung publikasi. Ketika diminta memperbaikinya, banyak yang menyerah dan tidak mau melanjutkan untuk memperbaiki dan memublikasikan," ungkap dia.

Meski demikian, peneliti muda Indonesia perlu menekankan pentingnya kolaborasi dalam memecahkan persoalan sosial di masyarakat.

Baca juga: Ekonom UGM: Kenaikan Tarif Ojek Online Harus Sesuai Daya Beli Masyarakat

"Riset multidisiplin sangat diperlukan dan harus didorong terus-menerus. Karya publikasi harus diikuti dengan perubahan sistem penilaian yang tidak hanya menekankan linearitas seperti sekarang ini," ujarnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com