Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM: Penyebab Mata Silinder dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 24/06/2022, 12:38 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Mata silinder merupakan salah satu gangguan penglihatan yang dialami banyak orang selain mata minus.

Dokter Spesialis Mata dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM), Sagung Gede Indrawati menjelaskan, mata silinder dikenal juga dengan istilah medis astigmatisme, merupakan gangguan refraksi mata yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur.

Silinder terjadi ketika kornea memiliki lengkungan permukaan yang berbeda satu sama lain.

“Astigmatisme adalah kelainan refraksi yang menyebabkan kabur, tetapi distorsi. Distorsi itu garis yang harusnya lurus jadi bengkok atau patah-patah. Untuk mengembalikan bentuknya ke dalam yang benar, bisa memakai lensa, nah lensanya ini namanya lensa silinder,” tutur Sagung dilansir dari laman UGM.

Baca juga: Apakah Minum Suplemen Dapat Merusak Ginjal? Ini Penjelasan Dokter UGM

Penyebab mata silinder

Dia menjelaskan bahwa silinder secara garis besar dibagi dua macam, yaitu silinder internal dan silinder eksternal.

Silinder internal disebabkan oleh jaringan-jaringan di dalam bola mata seperti lensa dan syaraf, baik posisi lensa yang miring, maupun bentuk lensa yang tidak elips atau tidak sempurna. Hal ini memang bawaan dari lahir.

Sedangkan silinder eksternal disebabkan oleh kornea. Kornea seseorang kalau seluruh lingkarannya simetris, tidak akan silinder, bisa jadi hanya minus atau normal.

Namun, jika seluruh lingkaran itu tidak simetris, ada bagian yang flat, atau lebih cembung, seseorang tersebut menderita asigmatisme atau perlu kacamata silinder.

“Kenapa bisa jadi seperti itu, karena bisa jadi anak waktu dilahirkan itu sempurna, namun dalam masa pertumbuhan, bola mata juga berubah bentuk, pertumbuhan itu tidak simetris, sehingga yang pada lahir awalnya simetris, tetapi pada saat pertumbuhan, bola mata jadi berubah bentuk. Pertumbuhan itu tidak simetris karena bertumbuh secara tidak bersamaan di daerah kornea, maka dia menjadi tidak simestris dan menjadi silinder,” papar Sagung.

Baca juga: Hanya 27 dari 4.500 Kampus Indonesia Raih Akreditasi Unggul BAN PT, Mana Saja?

Selain itu ada silinder yang disebabkan oleh faktor pencetus ketika dewasa yang membuat dia silinder.

Faktor pencetus tersebut misalnya terdapat luka di kornea yang membuatnya harus dijahit, dan terdapat infeksi di kornea dan membuat penyembuhan kornea tidak mulus lagi.

Cara mengatasi mata silinder

Sagung menyarankan kepada orang dengan mata silinder untuk memeriksakannya ke dokter mata agar penanganannya lebih akurat.

Pasalnya, pemeriksaan melalui optik menggunakan alat autorefractometer bukan sebuah patokan untuk menentukan hasil kacamata yang dibutuhkan, apakah matanya minus, silinder, atau kombinasi.

Menurut Sagung, sebagian besar alat ini juga tidak terkalibrasi, kalaupun terkalibrasi alat tersebut tidak bisa membaca fungsi mata manusia.

“Memang beberapa pasien melakukan pemeriksaan di optik. Itu bukan salah, tetapi hasil kacamata yang diperlukan, apakah dia minus, apakah dia silinder, atau kombinasi, itu tidak melulu ditentukan oleh alat yang dibaca. Apalagi pada anak-anak, lebih banyak error-nya. Mesin komputer tidak selalu menggambarkan, jadi harus dilakukan ke pasien langsung, tidak boleh mengandalkan angka yang tercantum pada mesin tersebut,” tutur Sagung.

Baca juga: 20 Nilai Tertinggi UTBK SBMPTN 2022, Terbanyak di UGM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com