Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/01/2022, 18:31 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Gunadi meminta masyarakat untuk tidak menganggap enteng dan tetap mewaspadai penularan Covid-19 varian Omicron.

Meskipun infeksi varian Omicron menunujukkan gejala umum yang tidak berat, tapi bukan berarti tidak ringan.

Baca juga: Warga Kampung Miliarder Tuban Jatuh Miskin, Ini Tanggapan Pakar UGM

"Varian Omicron ini gejala umumnya tidak berat, tetapi tidak jinak. Jika kena yang rentan bisa menjadi berat," ucap dia melansir laman UGM, Kamis (27/1/2022).

Dia menyebut varian Omicron telah menyebabkan kenaikan okupansi rumah sakit dan ICU di Amerika Serikat dan negara-negara maju.

Kondisi ini patut diwaspadai oleh pemerintah dan seluruh elemen masyarakat di tanah air.

Selain memiliki kemampuan penyebaran yang cukup tinggi, varian Omicron juga mampu mengelabuhi sistem imun tubuh.

Varian ini mampu menurunkan kadar antibodi dalam tubuh baik setelah vaksinasi maupun mereka yang pernah menjadi penyintas.

"Jangan sampai karena menganggap kurang berat jadi kurang waspada. Varian Omicron memiliki transmisi 70 kali lebih cepat dari varian Delta. Jika mengenai orang sekitar menjadi lebih berat terutama pada lansia, komorbid dan mereka yang belum mendapatkan vaksin belum divaksin karen alasan kesehatan,” urainya.

Oleh sebab itu, Gunadi kembali mengimbau masyarakat untuk terus waspada dengan menerapkan protokol kesehatan, melakukan vaksin hingga dua dosis dan booster untuk meningkatkan antibodi Covid-19.

Baca juga: 4 Dosen IPB Jadi 100 Ilmuwan Terbaik Dunia

Langkah-langkah tersebut penting dilakukan tidak hanya sebagai upaya perlindungan diri, tetapi juga melindungi masyarakat yang masuk kelompok rentan.

Kasus anak meningkat akibat varian Omicron

Gunadi mengatakan kasus Covid-19 pada anak akibat varian Omicron meningkat di beberapa negara.

Namun demikian, perlu adanya penelitian lebih mendalam terhadap fatalitas yang ditimbulkan oleh varian baru ini.

"Karena data masih minimal yang bisa dilakukan kita semua termasuk pemerintah adalah melakukan vaksinasi pada anak. Harapannya anak di bawah usia 6 tahun, tapi ini masih menunggu WHO semoga bisa segera approve untuk kelompok ini," jelas dia.

Dia menyebut adanya populasi yang belum tervaksin menjadi sisi rentan. Populasi ini menjadi titik virus bersirkulasi.

Apabila virus semakin sering bersirkulasi di masyarakat maka semakin besar peluang timbulnya mutasi-mutasi baru virus Covid-19.

Baca juga: 343 Peneliti UGM Masuk Daftar Ilmuwan Teratas Dunia

"Ini terjadi pada varian Omicron dan Delta, di mana virus bersirkulasi cepat maka timbul mutasi baru," tukas dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com