Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog Unair: Tanda Seseorang Alami Gangguan Kesehatan Mental Psikosis

Kompas.com - 09/12/2021, 18:00 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Tri Kurniati Ambarini mengatakan bahwa semua orang memiliki risiko mengalami gangguan kesehatan mental.

Gangguan kesehatan mental dinilainya masih menjadi isu kesehatan yang mendesak untuk diatasi, termasuk gangguan berat psikosis, seperti skizofrenia, bipolar, dan gangguan mental lainnya.

Sehingga, tegas dia, diperlukan deteksi sejak dini jika ada seseorang dengan tanda-tanda gangguan kesehatan mental.

"Gangguan mental itu seperti bagian dari fase hidup seseorang. Semua orang punya potensi mengalami gangguan mental. Sebab gangguan mental itu berkembang, ada beberapa stage. Mulai dari yang tidak sakit hingga sakit, seperti halnya sakit fisik,” papar dosen yang kerap disapa Rini dalam acara "Pengabdian Masyarakat mengenai Upaya Intervensi Dini Terjadinya Kasus Psikosis", Sabtu (4/12/ 2021), seperti dilansir dari laman Unair.

Baca juga: Peneliti IPB: Jahe, Kunyit, dan Temulawak Bisa Obati 30 Jenis Penyakit

Rini menjelaskan salah satu gejala psikosis. Ia mengatakan psikosis terjadi akibat ketidakmampuan seseorang dalam membedakan antara khayalan dan realita.

“Psikosis bukan sebuah gangguan mental yang tiba-tiba muncul, dia punya mekanisme atau cara yang sama pada gangguan mental lain,” ucapnya.

Selanjutnya, Rini menyebut beberapa gejala sederhana yang kerap terjadi pada remaja dan dewasa muda psikosis:

1. Perilaku yang tidak biasa

Gejala psikosis bisa dilihat saat seseorang tidak dapat mengendalikan perilaku yang sesuai dengan standar dan norma dalam masyarakat.

Sebagai contoh kemarahan yang meledak-ledak, seorang dewasa yang bertingkah laku seperti anak-anak, termasuk yang biasanya jarang murung menjadi sering murung, apatis secara emosional, hingga penarikan sosial.

Baca juga: 5 Beasiswa S1-S3 dengan Uang Saku Terbesar, Salah Satunya dari Indonesia

2. Penurunan higienitas diri

Dosen ahli bidang klinis dan kesehatan mental itu juga mengungkapkan bahwa menurunnya kebersihan diri juga dekat dengan orang dengan gangguan mental seperti depresi maupun psikosis.

3. Hilangnya kontak dengan realitas

Rini menyampaikan, poin utama seseorang yang mengalami psikosis adalah garis berpikirnya. Antara lain munculnya halusinasi, pikiran yang tidak teratur, tidak bisa membedakan antara khayalan dan nyata. Dalam hal ini, pikiran dan persepsi seseorang terganggu.

Sebagai contoh, seseorang mendengar suara yang seolah-olah ada yang menyuruhnya menyakiti orang lain. Meskipun tidak dilakukan, tapi individu tersebut ada intensi menyakiti.

Selain keinginan untuk melakukan agresi fisik, seseorang juga bisa mengagung-agungkan penyampaian di luar penalaran. Padahal, itu bisa jadi bagian dari delusi mereka.

Memotong mata rantai gangguan kesehatan mental

Meski begitu, Rini mengklasifikasikan gangguan psikosis termasuk dalam spektrum ringan. Namun, untuk skizofrenia termasuk dalam spektrum parah.

“Skizofrenia termasuk level berat karena gejala psikosisnya sudah lengkap sehingga dampaknya bisa parah,” jelas dosen psikologi itu.

Baca juga: BCA Buka Magang Bakti bagi Lulusan SMA-SMK, D1-D3 dan S1, Yuk Daftar

Sebagai penutup, Rini menyampaikan bahwa pekerjaan kita cukup berat, yaitu memotong mata rantai gangguan mental dari awal. Salah satunya dengan melakukan screening pencegahan dini oleh tenaga kesehatan di puskesmas.

“Selain itu, jika tidak ada psikolog di puskesmas, bisa memberikan rujukan pada pasien ke rumah sakit tipe B, sehingga kesempatan mendapatkan pengobatan lebih besar. Tentunya ini juga butuh dukungan dari pemerintah, agar tidak menunggu parah baru diselesaikan,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com