Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa UGM Teliti Sentimen Negatif Indonesia-Malaysia, Ini Hasilnya

Kompas.com - 21/09/2021, 19:29 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa UGM melakukan penelitian terkait sentimen negatif Indonesia-Malaysia.

Mereka adalah Absherina Olivia Agatha (Antropologi Budaya), Adinda Dwi Safira (Antropologi Budaya), Riqko Nur Ardi Windayanto (Bahasa dan Sastra Indonesia), dan Arif Akbar Pradana (Ilmu Sejarah).

Baca juga: Guru Besar UGM: Kaya Antioksidan, Kopi Potensial Cegah Covid-19

Mereka tergabung sebagai tim PKM-RSH di bawah bimbingan Aprillia Firmonasari.

Riqo mengatakan penelitian terhadap sentimen negatif Indonesia-Malaysia dilakukan melihat adanya sentimen negatif yang sering terjadi dalam hubungan dua negara ini.

Berdasarkan hasil penelusuran melalui Google Trends diketahui bahwa sentimen negatif kedua negara terus meningkat selama lima tahun terakhir (2016-2021).

Beberapa ujaran sentimen yang muncul seperti indon, indonesial, malingsial, ganyang Malaysia, dan lain sebagainya. Hal ini menjadi perhatian karena Indonesia-Malaysia merupakan dua negara serumpun.

Mereka pun melakukan penelitian dengan metode etnografi yang terbaru, yaitu netnografi.

Tim peneliti mengobservasi dan menelusuri media-media sosial dengan analisis sosial media, salah satunya adalah twitter.

Selain itu digunakan pula kuesioner daring dan wawancara terhadap warga negara Indonesia di Malaysia dan warna negara Malaysia di Indonesia.

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tarik ulur antara sentimen negatif dengan media," kata dia melansir laman UGM, Selasa (21/9/2021).

Riqo menyebutkan sentimen negatif bukanlah permasalahan yang muncul dengan tiba-tiba.

Baca juga: Harga Telur Ayam Anjlok, Ini Penjelasannya dari Profesor IPB

Selain ditemukan pada media sosial, media massa secara tidak langsung juga melanggengkan sentimen negatif.

Lanjut dia mengungkapkan, banyak berita yang menggunakan frasa ganyang Malaysia untuk judul sebuah berita.

Di sini terjadi nasionalisme semu yaitu rasa kebangsaan yang dilandasi oleh konflik.

Bukan hanya itu, konflik dua negara pada masa lalu juga menjadi penyebabnya.

Dengan mengungkapkan sentimen-sentimen negatif itu, dia mengaku, penelitian ini menawarkan gagasan rekonsiliasi budaya.

Budaya, sambung dia, harus dijadikan alat untuk memperbaiki hubungan Indonesia dan Malaysia, sehingga tidak semata-mata bergantung pada upaya politik-diplomatik.

Rekonsiliasi ini dilakukan dengan mengacu pada konsep negara serumpun.

Dalam praktiknya, penelusuran kesamaan budaya, gelaran festival, dan internalisasi konsep serumpun dapat dilakukan antara Indonesia dengan Malaysia.

Baca juga: 4 Mahasiswa UGM Gunakan Bahan Ini untuk Diagnosis Kanker Mulut

Selain merupakan bagian dari PKM-RSH, penelitian ini juga akan dipresentasikan pada konferensi nasional November 2021 mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com