Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/05/2020, 22:00 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Penulis: Ining Isaiyas | Penerbit KPG

KOMPAS.com - Sejak sekitar dua atau tiga tahun terakhir demam Murakami mulai melanda Indonesia. Hal ini terlihat misalnya dari unggahan terkait karya Murakami yang ramai disambut khalayak di media sosial penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Di samping itu novel-novel Murakami termasuk dalam salah satu di antara sekian sastra terjemahan paling laris. Boleh dibilang, terjemahan karya Murakami ditunggu-tunggu dan menjadi "candu".

Untuk mewadahi fans Murakami yang mulai tumbuh ini, penerbit KPG mengadakan bincang antar-penggemar melalui media Zoom pada 2 Mei 2020.

Acara yang bertajuk “Buka Buku: Haruki Murakami” ini diikuti sekira 80an peserta dan berlangsung hangat.

Diawali dengan pembacaan nukilan "Kronik Burung Pegas", novel teranyar Murakami yang terbit dalam bahasa Indonesia pada 2019 lalu, para peserta saling berbagi cerita mengapa mereka menikmati karya-karya Murakami.

Baca juga: Hari Buku Nasional, Gramedia Berikan Diskon 30 Persen

 

Dari awal perkenalan dengan Murakami, plot yang awalnya berat tapi di tengah berubah jadi membuat ketagihan, dan tokoh-tokohnya yang unik, termasuk kucing-kucing Murakami.

Mengemuka pula perbincangan perihal dari mana seseorang sebaiknya membaca Haruki Murakami, karya yang mana yang bisa menjadi pintu masuk untuk menyelami dunia Haruki?

Detail kisah menawan sekaligus menahan

Semua pembaca sepakat bahwa Haruki Murakami adalah seorang pencerita yang mendetail. Dalam 1Q84, misalnya, ia bisa menghabiskan sekitar 4.000 kata lebih hanya untuk menggambarkan adegan pembuka di mana protagonisnya terjebak kemacetan di jalan tol di Tokyo.

Hal ini merupakan salah satu kekuatan karya Murakami.

Namun, ternyata tidak semua pembaca tahan atau sabar dan bisa menikmati detail ini. Paling tidak sebagian merasa perlu waktu yang lebih lama untuk membaca sepertiga bagian pertama novel walaupun tancap gas secara otomatis sesudahnya.

Della Yulia, misalnya, perlu waktu dua sampai tiga bulan menamatkan 1Q84 Jilid 1, akan tetapi lantas bisa ‘lembur’ tiga hari dan dua hari untuk berturut-turut menyelesaikan 1Q84 Jilid 2 dan 1Q84 Jilid 3. Hal yang serupa dialami Angelina Enny.

Rully Reza bercerita bahwa ia menikmati karya Murakami antara lain karena penulis Jepang ini piawai menggambarkan suasana sehingga pembaca bisa terjun begitu saja ke dalam dunia rekaan yang diciptakannya.

Norwegian Wood setebal 426 halaman bisa ia lahap hanya dalam dua hari. Di samping itu Rully merasa musik yang muncul dalam novel-novel Murakami sesuai dengan seleranya.

Kepiawaian Murakami dalam menghadirkan dunia yang detail dan hidup ini juga dirasakan oleh Ge Hitto. Ia mulai membaca karya Murakami ketika masih kuliah di sekitar tahun 2013 dan kini, tujuh tahun berselang, ia sudah tamat membaca dua belas karya Haruki.

Kebetulan pada 2013 ia sedang mengikuti mata kuliah Urban Planning dan ia sangat menikmati bagaimana Murakami mendeskripsikan Tokyo.

Empat jalur menuju dunia Murakami

Lantas dari mana bila kita mau mulai membaca karya-karya Haruki Murakami yang telah berkarier sebagai penulis selama sekitar 42 tahun dan menerbitkan lebih dari 25 buku?

Kita bisa mendekatinya dengan empat jalur sesuai dengan kebutuhan: (1) kronologis, (2) berdasarkan peringkat atau yang paling banyak menerima penghargaan, (3) ketebalan, dan (4) bentuk.

Dian Annisa, seorang mahasiswi S-3 di Jepang yang sedang meneliti tentang komitmen Haruki Murakami terhadap masyarakat, menyarankan pendekatan kronologis dari yang paling awal menuju ke yang terakhir.

Dengan cara ini kita bisa mengikuti perkembangan kepengarangan Haruki Murakami. Secara kronologis urutan terbit novel-novel Murakami bisa dilihat melalui unggahan Japan Wireless: klik di sini.

Yang telah tersedia dalam bahasa Indonesia, urutan kronologis dari yang terlama hingga terbaru adalah sebagai berikut: (1) Dengarlah Nyanyian Angin, (2) Norwegian Wood, (3) Kronik Burung Pegas, (4) 1Q84, dan (5) Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya.

Bila ingin mulai baca dari cerita pendek, Dian menyarankan “A Slow Boat to China”, yang bisa ditemukan dalam kumpulan cerpen Elephant Vanishes.

Dian juga menuturkan bahwa Kronik Burung Pegas merupakan titik balik dan karya Murakami yang patut diperhatikan; buku ini cocok bila sekaligus dibaca bersama "After the Quake dan Underground".

Baca juga: Kompas Gramedia Salurkan Donasi dari Pembaca ke Masyarakat Terdampak Covid-19

Namun, Haruki Murakami sendiri sesungguhnya merasa bahwa tulisannya yang terbaik adalah yang termutakhir, seperti halnya yang ia ungkapkan kepada Deborah Treisman dalam wawancara yang dirilis oleh New Yorker pada 10 Februari 2019.

"Nasihat" Haruki Murakami

 

“Saya berubah banyak. Ketika mulai menulis, saya tak tahu bagaimana cara nulis—saya menulis dengan cara yang sangat aneh, namun orang benar-benar suka.

Sekarang saya tak acuh dengan buku pertama saya, Dengarlah Nyanyian Angin; naskah itu terlalu prematur saya terbitkan. Beberapa tahun lalu, ketika saya sedang duduk di kereta di Tokyo sambil membaca buku, seorang gadis yang sangat cantik menghampiri saya dan berkata, ‘Anda Haruki Murakami bukan?’ | ‘Ya, saya Haruki Murakami.’ | ‘Saya penggemar berat buku-buku Anda.’ | ‘Terima kasih banyak.’ | ‘Dan saya sudah membaca seluruh karya Anda, dan saya menyukainya.’ | ‘Terima kasih, saya bersyukur.’

Lantas ia menambahkan, ‘Saya paling suka buku pertama Anda—itu yang terbaik, saya pikir.’ | ‘Oh, begitukah?’ Dan dia berkata, ‘Semakin ke sini karya Anda semakin buruk.’

Jadi, sekalipun saya terbiasa dengan kritik, saya tidak sependapat dengannya. Saya pikir, saya jadi makin baik. Selama empat puluh tahun saya berusaha untuk menjadi lebih baik dan saya rasa saya sudah lebih baik.”

Jadi, bila Anda ingin menuruti ‘nasihat’ Haruki Murakami sendiri dari mana harus memulai, jawabannya sederhana: dari karya yang terakhir! Itu berarti dari Killing Commendatore.

Alternatif menikmati Haruki Murakami

Dari jalur peringkat terdapat banyak versi. Yang patut didengar barangkali adalah situs web The Greatest Book. Tiga yang paling atas adalah: "Kronik Burung Pegas", "1Q84", dan "Norwegian Wood".

Selengkapnya bisa dicermati di sini. Untuk perbandingan dapat pula ditengok ranking yang dirilis Barnes & Noble: klik di sini.

Di tengah swa-karantina dan pandemi, pembaca yang tertantang menamatkan novel tebal bisa memulai dari "1Q84" (1.524 halaman) atau "Kronik Burung Pegas" (925 halaman).

Yang ingin memulai dari yang tipis bisa ke The Strange Library (96 halaman) atau Dengarlah Nyanyian Angin (119 halaman).

Bila ingin mencari alternatif bentuk nonfiksi, seseorang bisa memulai dari "What I Talk about When I Talk about Running". Bila suka musik, calon pembaca bisa memulai dari "Absolutely on Music".

Sebagian cerita pendek Haruki Murakami bisa dinikmati secara gratis dari The New Yorker. Salah satu cerita pendek yang penting adalah “Tahun Spageti” atau “The Year of Spaghetti”.
Selamat memasuki dunia Haruki Murakami!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com