Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi Unibraw: Gerakan Pemudik Pengaruhi Pola Penyebaran Corona

Kompas.com - 01/04/2020, 09:34 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Meski pemerintah sudah memberi imbauan agar warga Jakarta tidak mudik ke kampung halamannya, tetapi dengan kondisi seperti ini mereka tidak bisa bergantung tinggal di Jakarta.

Tak heran jika kemudian muncul gerakan mudik penduduk Jakarta. Dikhawatirkan, banyaknya pemudik ini akan semakin memunculkan kasus-kasus baru warga terkena virus corona.

Akademisi yang juga pakar virus Universitas Brawijaya (UB) dr. Andrew William Tulle, M.Sc. mengatakan, gerakan mudik penduduk itu memengaruhi pola penyebaran Covid-19, sehingga akan memunculkan kasus-kasus baru dan mengubah masa puncak wabah.

Baca juga: Begini Peta Persebaran Corona di Jatim Ciptaan Akademisi ITS

"Jika upaya pencegahan transmisi dapat dimaksimalkan, kemungkinan perkiraan puncak wabah juga akan bergeser dan wabah virus ini bisa segera berakhir," ujar Andrew dikutip dari laman resmi UB, Senin (30/3/2020).

Dari pengamatannya, virus corona masih ditransmisikan secara efektif antarmanusia sehingga jumlah penderita masih bisa bertambah.

Perlu upaya pencegahan

Agar penyebaran virus terhambat, maka harus ada upaya untuk mengurangi kemungkinan transmisi virus antarmanusia, hingga seluruh penderita sembuh dan terbebas dari virus.

Akademisi Unibraw ini memberi gambaran pada SARS 2002-2003, hasil penelitian menunjukkan adanya mutasi virus SARS 2002-2003 yang diduga menyebabkan keganasan virus berkurang dan kasusnya mereda.

Karenanya, dibutuhkan upaya untuk mengurangi transmisi. Agar nantinya seiring berjalannya waktu, virus Covid-19 akan mengalami mutasi dan menjadi lebih lemah.

Menurutnya, coronavirus merupakan virus yang memiliki selubung di bagian luar disebut "envelope". Virus-virus envelope jika envelopenya rusak akan menjadi inaktif, oleh karena itu virus-virus envelope mudah diinaktifkan.

"Tetapi coronavirus berbeda dibandingkan virus envelope yang lain, karena lebih mampu bertahan di lingkungan. Faktor yang menyebabkan coronavirus lebih stabil juga masih belum jelas," katanya.

Virus bertahan di benda

Dari penelitian terbaru di NIH (National Institute of Health, US), virus Covid-19 dapat bertahan di lingkungan selama 8 jam dengan sedikit penurunan jumlah mulai terjadi pada 3 jam pertama.

Virus ini juga dapat bertahan cukup lama pada permukaan benda mati. Waktu paruh virus, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk jumlah virus berkurang menjadi separuhnya.

Pada permukaan tembaga sekitar 3 jam, kertas kardus sekitar 8 jam, besi selama 13 jam dan plastik selama 15 jam.

"Berdasarkan penelitian tersebut, virus masih terdeteksi pada besi dan plastik hingga 72 jam, tetapi jumlahnya sudah turun hingga sepertiganya," kata Andrew.

"Namun penelitian tersebut hanya menguji stabilitas virus tetapi belum diketahui apakah virus tersebut masih infeksius atau tidak," ujarnya lagi.

Baca juga: Akademisi UGM Teliti Tumbuhan Indonesia Ini Cegah Corona

Karenanya dia mengimbau masyarakat untuk tidak panik, sebab pada saat menangani SARS belum ada media sosial, sehingga tenaga medis bisa menangani dengan lebih tenang.

Sedangkan pada masa Covid-19 ini seringkali muncul broadcast-broadcast yang kurang tepat dan hoaks-hoaks di media sosial yang hanya membuat masyarakat semakin panik.

"Mungkin media bisa membantu dalam "perang" melawan Covid-19 ini dengan menyebarkan berita-berita positif, sehingga dapat membantu meredakan kepanikan di tengah masyarakat," harapnya.

Andrew juga mengimbau agar masyarakat tetap mengikuti aturan pemerintah agar Covid-19 ini tidak semakin menyebar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com