Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Rica: Dari Mahasiswi USU, Jadi Dosen hingga Kuliah S3 di UCL

KOMPAS.com - Punya cita-cita yang tinggi tentu harus dikejar dan diwujudkan dengan usaha keras. Hal inilah yang dilakukan Rica Asrosa, S.Si., M.Sc.

Perempuan asal Lhokseumawe ini punya cerita menarik dalam mengejar mimpinya, yakni bisa kuliah S3 di luar negeri dengan beasiswa.

Rica mengatakan bahwa dirinya adalah seseorang dengan keberuntungan kerja keras from zero to hero. Jadi semua harus dengan kerja keras.

Melansir laman Universitas Sumatera Utara (USU), Sabtu (8/7/2023), Rica adalah alumnus USU yang kemudian menyelesaikan pendidikan magisternya dalam waktu dua tahun di University College London (UCL).

Untuk jurusannya Advanced Material Science dengan bekal beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Ia juga berhasil lulus dan diterima sebagai awardee LPDP 2021, dan tengah menjalani pendidikan S3-nya di University College London (UCL) dari awal Januari 2022 lalu.

Karena alumnus USU, Rica mendaftarkan diri sebagai dosen di USU dan diterima sebagai dosen tetap pada usia 24. Meskipun sudah bekerja sebagai dosen tetap, Rica tetap tidak melupakan cita-citanya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang S3.

Lika-liku kuliah S1 di USU

Ternyata saat kuliah di USU, Rica tercatat sebagai salah seorang mahasiswi berprestasi. Ia pernah menciptakan alat pendeteksi diabetes melalui napas dengan sistem mobile yang sudah diuji klinis.

Saat itu ia tergabung dalam TIM Micro Solar Matic (MSM) Departemen Fisika F-MIPA USU. Hasil penelitian ini juga telah dipublikasikan di Jurnal Internasional Bereputasi Sensor and Actuators B.

Dulu, sejak SD dia juga berprestasi. Meski demikian, semuanya tidak didapat dengan mudah atau jalan yang mulus.

"Saya berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Ayah saya seorang anggota TNI AD berpangkat sersan dan sudah pensiun. Sedangkan ibu saya bekerja di kantor pertanian di Kutacane," ujarnya dikutip dari laman USU.

"Saya lahir di Lhokseumawe, namun besar di Kutacane hingga SMP. Lalu merantau pertama kali saat melanjutkan SMA di Banda Aceh," imbuh dia.

Meskipun Rica dikenal sebagai gadis periang oleh teman-temannya, namun ternyata ia pernah juga mengalami fase terpuruk dan nyaris patah semangat.

Saat itu, kondisi finansial keluarganya tengah menurun drastis. Banyak pengeluaran keluarga yang dipangkas, bahkan dihilangkan. Selama mengenyam pendidikan S1 di USU, ia juga harus berhemat dalam hal keuangan.

Orangtua tidak mengirimi uang bulanan secara rutin. Melainkan berapa ada dan kapan adanya. Bahkan orang tuanya sempat terang-terangan meminta Rica untuk berhenti kuliah.

Namun, Rica tetap teguh pada pendiriannya, demi mengejar impiannya. Ia membulatkan tekad untuk tetap melanjutkan kuliahnya di Universitas Sumatera Utara, meski belum tahu bagaimana caranya. Kisah sedih itu disembunyikannya dengan baik di balik senyuman.

Akhirnya, ia berusaha mencari pekerjaan sampingan yang bisa membiayai kuliahnya. Pagi kuliah, siang jadi asisten peneliti, dan malam harinya ia mengajar les privat.

Berkat usahanya dalam meneliti, ia telah berhasil mempublikasikan 4 paper, mendapatkan sertifikat paten dari hasil penelitiannya dan berkesempatan mengikuti beberapa konferensi internasional.

Memasuki semester 7, ia sudah mulai menyusun skripsi. Selama 3,5 tahun ia menjalani masa jatuh bangun untuk menyelesaikan kuliah. Tekadnya sekeras baja, pantang mundur sebelum menjadi sarjana.

Dengan ketekunan dan semangat yang pantang menyerah, Rica berhasil lulus S1 dalam waktu 3,5 tahun dengan predikat Cumlaude.

Dapat beasiswa S2 dan S3

Awal mulanya Rica ingin bekerja usai lulus kuliah. Tetapi dosennya mendorong Rica untuk melanjutkan studi S2 lewat beasiswa ke luar negeri. Rica pun tergoda.

Akan tetapi, proses untuk mendapatkan beasiswa tersebut tak semudah yang dibayangkannya. Ia harus bekerja keras mencari biayanya.

Antara lain dengan mengikuti penelitian dosen, mengajar les, dan bazar buku, yang antara lain hasilnya dipergunakan untuk biaya tes IELTS dan lainnya.

Namun tak ada kerja keras yang sia-sia. Pada 2019 Rica berhasil lolos seleksi beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan. Ia diterima di salah satu kampus terbaik di dunia, University College London (UCL) jurusan Advanced Materials Science.

Setelah menempuh studi S2 kurang dari dua tahun, Rica berhasil lulus dengan IPK tertinggi dan mendapat penghargaan Distinction (penghargaan tertinggi bagi mahasiswa di kampus Inggris).

Usai menyelesaikan S2, Rica ingin tinggal di London sambil mencari pekerjaan untuk persiapan S3, namun tidak diperbolehkan.

"Udah dapat offer dari perusahaannya, tapi sayangnya dari LPDP tidak mengizinkan dan mengimbau untuk segera pulang karena saat itu Covid-19 sedang memburuk," kenang gadis cantik itu.

Sekembalinya di Indonesia dia mencari pekerjaan sebagai dosen di beberapa universitas. Tapi nasib baiknya ialah kembali ke USU karena USU membuka penerimaan dosen tetap hingga akhirnya diterima.

Sambil mengajar, dia tetap menjalin hubungan dengan teman-temannya di Inggris dan rekan kerja di USU.

Akhirnya Rica memutuskan untuk mendaftar LPDP di tahun 2021 dengan jurusan Advanced Material Science di University College London (UCL) dan diterima sebagai awardee LPDP. Rica berhasil lulus dan mulai menjalani S3-nya pada awal Januari 2022.

"Hal yang paling berkesan di hidup saya adalah bisa melanjutkan studi S2 dan S3 di UCL London dengan beasiswa. Ini seperti miracle, keajaiban yang benar-benar tidak pernah dibayangkan sebelumnya bisa saya dapatkan, meskipun saya sangat menginginkannya," ungkap Rica.

Adapun motivasi terbesar Rica Asrosa menempuh semua ini tidak lain adalah untuk membahagiakan orangtua, serta untuk mengaplikasikan semua ilmu yang telah ia peroleh.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/07/08/095913771/kisah-rica-dari-mahasiswi-usu-jadi-dosen-hingga-kuliah-s3-di-ucl

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke