Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pakar UI: BUMN Harus Gesit Investasi pada Startup Lokal

KOMPAS.com - Rencana pemerintah mengubah beberapa aturan di industri e-commerce dalam negeri dinilai positif untuk menciptakan kesetaraan perlakuan dan playing field antara bisnis e-commerce asing dan lokal.

Namun, langkah tersebut dinilai tidak cukup sebab industri digital di Indonesia saat ini masih dikuasai oleh perusahaan modal ventura asing.

Investor dalam negeri, baik swasta maupun BUMN, diminta untuk lebih gesit mendukung perusahaan rintisan (startup) dan industri digital dalam negeri.

Pengamat BUMN dari Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Dr. Toto Pranoto mengatakan, pihak asing dari perusahaan modal ventura, investor institusi, hingga pengelola dana investasi milik pemerintah, berlomba-lomba menanamkan investasinya di startup Indonesia.

Mereka yakin dengan model dan prospek bisnis startup lokal, sehingga berani mengucurkan investasi yang tidak sedikit.

Menurut Toto, sebagian besar investor di balik startup lokal dengan valuasi besar atau berstatus unicorn merupakan perusahaan raksasa asing.

Sebut saja, Softbank yang paling rajin mengucurkan investasi dalam jumlah besar.

"Selain itu ada Alibaba, Temasek, hingga korporasi besar Amerika Serikat seperti Google dan Facebook juga ikut masuk di perusahaan-perusahaan startup yang ada di Indonesia. Pasarnya ada di sini, tapi sayang investornya dari luar," ujar dia dalam keterangannya, Kamis (16/6/2022).

Oleh karena itu, lanjut Toto, perusahaan BUMN sebagai perusahaan milik negara harus mengambil peran dalam membesarkan startup lokal.

Jangan sampai perusahaan BUMN kalah gesit dibandingkan investor asing dalam berinvestasi ke startup lokal.

"Jika perusahaan BUMN tidak mau ambil peran tersebut, maka unicorn baru yang akan muncul di Indonesia akan di backup oleh capital venture asing karena tidak ada modal ventura lokal yang mendukungnya," ucap Toto.

Menurut Toto, investasi BUMN ke startup lokal merupakan bentuk keberpihakan negara melalui Kementerian BUMN dan perusahaan BUMN untuk membesarkan startup lokal.

Perusahaan BUMN punya kepentingan dalam proses pembinaan startup lokal.

Sebagai negara dengan populasi besar, Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar.

Hal itulah yang sebenarnya mendorong banyak startup asing yang berekspansi ke Indonesia.

"Jangan sampai pasar Indonesia justru dikuasai startup asing. Sebaliknya, unicorn kita harus didukung agar bisa berekspansi ke luar negeri. Sehingga Indonesia tidak hanya menjadi sekadar pasar," tegas Toto.

Menurut Toto, pemerintah sebetulnya sudah menyadari hal ini.

Makanya, beberapa waktu lalu, pemerintah melalui Kementerian BUMN membentuk konsorsium Merah Putih Fund yang melibatkan empat perusahaan BUMN, yakni Bank Mandiri, Bank BRI, Telkom, dan Bank BRI.

Melalui Merah Putih Fund tersebut, perusahaan BUMN diharapkan bisa menggunakan sebagian alokasi dana di perusahaan modal ventura mereka untuk membiayai startup lokal.

Yang jelas, perusahaan BUMN jangan sampai ketinggalan dibanding global venture capital dalam mengembangkan startup lokal.

Jika perlu, kata Toto, perusahaan modal ventura nasional lainnya ikut mendukung karena dana BUMN terbatas.

Jika ada perusahaan swasta yang mendirikan aliansi di luar Merah Putih Fund, tentu akan lebih baik.

"Kepentinganya tentu saja sebagai negara dengan populasi besar, jangan sampai Indonesia hanya menjadi negara konsumen saja," ucap Toto.

Toto menegaskan, investasi ke startup lokal oleh perusahaan lokal perlu terus didorong, agar tidak kalah dari modal ventura asing.

"Kalau tidak, nanti kita akan repot karena semua dikuasai oleh modal ventura asing," pungkas Toto.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/06/16/193232671/pakar-ui-bumn-harus-gesit-investasi-pada-startup-lokal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke