Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Baterai Ponsel Bisa Meledak? Ini Penjelasan Pakar ITB

KOMPAS.com - Dosen Peneliti Tidak Tetap Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (ITB), Kiki Adi Kurnia membahas tentang bagaimana baterai ponsel bisa meledak.

Dalam acara Workshop Series LPPM ITB pekan lalu disebutkan bahwa berita tentang baterai telepon genggam yang meledak sudah cukup sering didengar.

Sebelum membahas tentang bagaimana baterai ponsel bisa meledak, Kiki menjelaskan tentang sebuah profesi di bidang Kimia yang cukup unik yaitu Desainer Molekuler.

“Seorang desainer molekuler bertugas untuk mendesain berbagai jenis bahan-bahan Kimia agar dapat memiliki manfaat dan fungsi yang lebih baik,” kata sosok yang merupakan seorang desainer molekuler itu, seperti dilansir dari laman ITB.

Salah satu bahan kimia yang Kiki desain adalah bahan elektrolit yang digunakan pada ponsel.

Reaksi yang dapat dihasilkan oleh elektrolit di dalam sebuah ponsel genggam adalah kenaikan suhu bahkan meledaknya sebuah telepon genggam.

Biasanya, lanjut dia, kasus ini terjadi pada telepon genggam yang diletakkan pada tempat bersuhu tinggi, misalnya di dalam mobil.

“Hal yang harus dilakukan seorang desainer molekuler adalah mencari cara untuk mengatasi kasus telepon genggam yang meledak agar tidak terjadi kasus tersebut lagi,” papar Kiki.

Kasus ledakan pada telepon genggam, terang dia, terjadi saat telepon digunakan terlalu lama atau mengalami kenaikan suhu atau karena diletakannya telepon genggam pada tempat yang panas.

"Dua kegiatan tersebut yang dapat membuat elektrolit pada baterai mengering dan menguap. Semakin kering elektrolit, maka posisi katoda dan anoda semakin mendekat. Ketika katoda dan anoda bertemu, ledakan pada telepon genggam, terjadi,” ujar Kiki.

Cairan ionik, terobosan bahan baterai ponsel yang lebih aman

Kiki pun telah melakukan penelitian untuk mendesain elektrolit yang lebih aman agar baterai ponsel tidak mudah meledak.

“Salah satu bahan yang saya gunakan untuk mendesain elektrolit yang lebih baik adalah ionic liquid atau cairan ionik. Cairan ionik ini memiliki konduktivitas yang tinggi. Maka dari itu, cairan ionik ini menjadi tidak mudah menguap dan terbakar,” ujar dia.

Ia memaparkan bahwa sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa cairan ionik juga dapat meningkatkan efisiensi kinerja dari baterai.

"Cairan ionik juga memiliki titik leleh yang tinggi yaitu di angka 700 hingga 800 derajat celcius," ujar dia.

Tantangan dari proses mendesain cairan ionik, lanjut dia, adalah banyaknya jumlah kation, anion, gugus fungsional, dan rantai samping.

Banyaknya jumlah dari kation, anion, gugus fungsional, dan rantai samping tentunya akan membuat penelitian menjadi rumit, kompleks, dan lama. Namun, proses desain cairan ionik ini dapat dilakukan dengan cepat melalui pendekatan komputasi.

“Melalui pendekatan komputasi ini, penelitian yang tadinya dapat memakan waktu hingga 10 tahun dapat dipermudah dan diefisienkan hingga hanya membutuhkan 2 hari,” ungkap Kiki.

Selain itu, Kiki juga melakukan penelitian lain yaitu mendesain cairan ionik sebagai pelarut untuk produk gas metana.

“Di alam, gas metana selalu berdampingan dengan CO2. Namun, dalam produksi gas metana, CO2 harus dipisahkan menggunakan alkanolamine,” papar Kiki.

Dalam kasus pemisahan ini, cairan ionik berperan vital untuk memisahkan CO2. Bahkan, cairan ionik juga dapat bermanfaat untuk proses ekstraksi bahan alam seperti antioksidan untuk berbagai jenis produk.

“Melalui penelitian ini, kesimpulan yang didapat adalah terbuktinya cairan ionik sebagai bahan kimia yang aman, tidak bersifat korosif, dan juga dapat meningkatkan efisiensi produksi,” jelas Kiki.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/04/04/123721271/mengapa-baterai-ponsel-bisa-meledak-ini-penjelasan-pakar-itb

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke