Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bertambah 3, Kini USK Miliki 105 Guru Besar

KOMPAS.com - Universitas Syiah Kuala (USK) kembali mengukuhkan 3 guru besar baru dalam sidang Senat Terbuka yang dipimpin Ketua Senat, Prof. Abubakar.

Pengukuhan ini dilaksanakan secara daring dan luring dari Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Senin (21/2/2022).

Mereka yang dikukuhkan adalah Prof. Faisal, Prof. Rusli Yusuf, dan Prof. Hammam Riza Yusuf.

Rektor USK, Prof. Samsul Rizal dalam sambutannya mengatakan, pengukuhan kali ini terasa istimewa, karena merupakan pengukuhan terakhir yang dihadirinya sebagai Rektor USK.

Pada kesempatan ini, Rektor USK juga sangat bersyukur karena laju pertumbuhan profesor di USK masih relatif terjaga.

"Bahkan cenderung meningkat dalam dua tahun terakhir. Saat ini USK sudah memiliki 105 guru besar (profesor)," ucap dia melansir laman resmi USK, Selasa (22/2/2022).

Rektor USK mengakui, jumlah tersebut masih relatif kecil, karena baru 6,8 persen dari jumlah dosen USK yang mencapai 1.543 orang.

Namun, Rektor USK optimis jumlah guru besar akan meningkat.

Sebab, saat ini jumlah dosen USK yang relatif muda, bergelar doktor serta memiliki jabatan fungsional kepala terbilang cukup banyak.

"Saat ini USK memiliki 418 orang dosen yang berjabatan lektor kepala. Jadi kita optimis, mereka bisa segera mencapai gelar profesornya," ungkap Rektor USK.

Capaian 3 guru besar baru bagi masyarakat

Selanjutnya, dia menilai kepakaran ketiga guru besar yang baru ini juga sangat penting bagi kemashalatan ummat.

Misalnya Prof. Faisal yang berusaha mencari cara untuk mengontrol konflik keagenan yang sering terjadi pada perusahaan publik.

Risetnya ini bertujuan untuk membuat proses investasi berjalan sehat, sehingga bisa berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi negara.

"Kajian Prof. Faisal sangat penting, mengingat studi governance tentang konflik keagenan masih relatif sedikit, dan belum menghasilkan kesimpulan yang benar-benar konkrit," ungkap Rektor USK.

Begitu pula kepakaran Prof. Rusli yang berusaha mencari cara untuk mengontrol prilaku manusia agar mencintai lingkungan.

Mengingat saat ini dunia mengalami krisi lingkungan yang sangat serius.

Selain faktor teknis-alamiah, penyebab kerusakan lingkungan hidup ternyata adalah perilaku manusia, yang memperlakukan lingkungan tidak baik, jauh dari tatanan konsensus dan etika, serta sifat antroposentris yang hampir tidak terkontrol.

Karena itulah, Prof. Rusli menilai perlu diterapkannya pendidikan kewarganegaraan yang khusus mengkaji isu lingkungan, yaitu pendidikan kewarganegaraan lingkungan.

Ilmu ini dapat menjadi instrumen internalisasi untuk menumbuhkan serta meningkatkan kesadaran warga negara terhadap lingkungan.

"Penelitian Prof. Rusli bisa menjadi acuan pemerintah dalam membangun sistem pendidikan, yang bukan hanya berfokus pada pemahaman keilmuan, tetapi juga dalam bentuk perilaku terutama yang terhubung dengan isu lingkungan," jelas Rektor USK.

Kemudian kepakaran Prof. Hammam pada bidang kecerdasan buatan sangat penting untuk pengembangan teknologi di Indonesia.

Mengingat teknologi berkembang sangat pesat dan memberi pengaruh yang besar bagi dunia.

Beruntungnya, USK memiliki sejumlah pakar dalam bidang kecerdasan buatan ini dan salah satunya Prof. Hamam, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) periode 2019-2021.

Prof. Hammam telah memfokuskan kajiannya tentang penerapan kecerdasan artifisial pada berbagai bidang sejak tiga dekade lalu.

Beberapa hasil kajiannya sudah diterapkan dengan memanfaatkan kecerdasan artifisial dalam pemrosesan bahasa alami, dalam penerjemahan mesin, dalam pengenalan wicara, dalam upaya reduksi risiko bencana, hingga inovasi teknologi kecerdasan artifisial untuk penanggulangan Covid-19 dan isu kesehatan secara keseluruhan.

"Prof. Hammam mengamati bahwa teknologi kecerdasan artifisial benar-benar terbukti dapat berperan signifikan dalam mengatasi berbagai persoalan di setiap aspek," tukas Rektor USK.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/02/22/201441271/bertambah-3-kini-usk-miliki-105-guru-besar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke