Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Survei Sebut 49 Persen Guru Setuju Tatap Muka 2021, Ini Alasannya

KOMPAS.com - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) melakukan survei singkat terkait persepsi para guru atas rencana pembukaan sekolah pada Januari 2021.

Survei yang dilakukan pada 19-22 Desember 2020 tersebut melibatkan 6.513 responden guru dari sejumlah provinsi, yaitu provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Bengkulu, Jambi, NTB, NTT, Papua dan Papua Barat.

Hasil survei menyebut, dari 6.513 responden guru yang mengikuti survei, sebanyak 49,36 persen guru menyatakan setuju sekolah tatap muka di buka Januari 2021.

Sementara itu, sebesar 45,27 persen guru tidak setuju sekolah tatap muka di buka Januari 2021 dan hanya 5,37 persen responden menyatakan ragu-ragu.

Survei yang dilakukan melalui aplikasi google form tersebut mendapati bahwa guru yang setuju tatap muka maupun menolak tatap muka di bulan Januari 2021 jumlahnya cukup imbang.

Kendala materi jadi alasan guru memilih tatap muka

Jumlah responden yang menyatakan setuju sebanyak 3.215 orang guru, adapun alasan yang dipilih responden yang setuju sekolah tatap muka dibuka Januari 2021, antara lain:

“Para guru merasakan bahwa peserta didiknya pasti mengalami kesulitan untuk mengerjakan materi pelajaran dengan tingkat kesulitan tinggi, karena materi seperti itu tidak optimal diberikan secara daring, tetapi harus melalui pembelajaran tatap muka, minimal seminggu sekali,” ujar Wakil Sekjen FSGI Mansur dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Sementara itu, jumlah responden yang menyatakan tidak setuju sebesar 2.948 orang. Adapun alasan responden yang menyatakan tidak setuju sekolah tatap muka di buka pada Januari 2021, yaitu:

  • Kasus Covid-19 masih tinggi sebesar 40,70 persen.
  • Khawatir tertular Covid-19 di sekolah sebesar 27,74 persen.
  • Sudah berusia di atas 50 tahun ditambah penyakit penyerta sebesar 10,44 persen.
  • Infrastruktur dan protokol kesehatan/SOP Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di sekolahnya belum memadai sebesar 14,31 persen.
  • Lainnya sebesar 6,8 persen karena belum ada sosialisasi protokol kesehatan dari pihak sekolah dan Tidak memiliki kendaraan pribadi, sehingga harus naik angkutan umum yang rentan tertular Covid-19.

Wakil Sekjen FSGI Heru Purnomo mengatakan, mayoritas responden memang menolak buka sekolah tatap muka karena masih tinggi kasus, pandemi belum dapat dikendalikan pemerintah, sehingga mereka sangat khawatir tertular Covid-19.

"Apalagi untuk guru-guru yang usianya sudah lebih dari 50 tahun dan disertai pula dengan penyakit penyerta seperti diabetes, jantung dan lain-lain,” papar Heru dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Para guru dalam survei ini mengajar pada jenjang SMP/sederajat sebanyak 44,52 persen, mengajar jenjang SD/sederajat sebanyak 25,32 persen, mengajar jenjang SMA 15,35 persen dan jenjang SMK 14,60 persen.

Sedangkan sisanya 0,21 persen mengajar di SLB (Sekolah Luar Biasa). Adapun wilayah kerja responden mayoritas berada di Pulau Jawa (63,7 persen), sedangkan di luar Jawa hanya 36,3 persen).

Rekomendasi FSGI

Terkait hasil survei, FSGI memberikan sejumlah rekomendasi, antara lain:

FSGI mendorong pemerintah daerah untuk hati-hati dalam memutuskan membuka sekolah pada Januari 2021 karena kasus Covid-19 masih tinggi dan belum dapat dikendalikan.

FSGI mendorong pemerintah tetap menetapkan bahwa 4 Januari 2021 sebagai awal semester genap, namun bukan berarti pembelajaran tatap muka dilakukan pada 4 Januari 2021, karena masih butuh waktu lama dalam penyiapan infrastruktur dan protokol kesehatan adaptasi kebiasaan baru di sekolah.

FSGI mendorong pembukaan sekolah di mulai dari kelas paling atas, pada jenjang paling tinggi dan disertai uji coba dengan 25 persen siswa.

FSGI mendorong tes antigen untuk seluruh pendidik dan peserta didik yang akan melakukan pembelajaran tatap muka.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/01/05/180531171/survei-sebut-49-persen-guru-setuju-tatap-muka-2021-ini-alasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke