Kejadian TTS sangat jarang terjadi pada periode 4 empat 42 hari setelah pemberian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Apabila terjadi di luar periode tersebut, makan kejadian TTS tidak terkait dengan penggunaan vaksin.
Vaksin Covid-19 AstraZeneca yang disetujui BPOM pada 22 Februari 2021 ada lebih dari 73 juta dosis dan telah digunakan dalam program vaksinasi.
Berdasarkan hasil pemantauan Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas PP KIPI), tidak ada laporan kejadian terkait keamanan vaksin hingga April 2024.
Komnas PP KIPI telah melakukan surveilans aktif selama Maret 2021 sampai Juli 2022 terhadap 14 rumah sakit sentinel di 7 provinsi.
"Keamanan dan manfaat sebuah vaksin sudah melalui berbagai tahapan uji klinis, mulai uji klinis tahap 1, 2, 3, dan 4 termasuk vaksin Covid-19 yang melibatkan jutaan orang, sampai dikeluarkannya izin edar. Dan pemantauan terhadap keamanan vaksin masih terus dilakukan setelah vaksin beredar," ujar Ketua Komnas PP KIPI, Hinky Hindra Irawan Satari, dikutip dari situs Kemenkes.
Setelah surveilans aktif selesai, Komnas KIPI tetap melakukan surveilans pasif hingga hari ini dan tidak ada laporan kasus TTS.
Seperti diberitakan The Telegraph, perusahaan AstraZeneca mendapat gugatan class action dengan klaim bahwa vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan menyebabkan kematian dan cedera serius.
Salah satu kasus pertama yang diangkat yakni kasus Jamie Scott pada 2023.
Ayah dua anak itu mengalami cedera otak permanen akibat pembekuan dan pendarahan di otak setelah menerima vaksin pada April 2021.
Melalui surat tanggapan yang dikirimkan pada Mei 2023, AstraZeneca mengatakan kepada pengacara Scott bahwa "kami tidak menerima bahwa TTS disebabkan oleh vaksin pada tingkat generik".
Namun, dalam dokumen hukum yang diserahkan ke Pengadilan Tinggi Inggris pada Februari lalu, perusahaan AstraZeneca menyebut vaksinnya dapat menyebabkan TTS, meski mekanisme penyebabnya tidak diketahui.
Para ilmuwan pertama kali mengidentifikasi hubungan antara vaksin Covid-19 dengan trombositopenia dan trombosis imun yang diinduksi vaksin (VITT) pada awal Maret 2021, tak lama setelah peluncuran vaksin.
Pengacara penggugat berpendapat bahwa VITT adalah bagian dari TTS, meskipun AstraZeneca tampaknya tidak mengakui istilah tersebut.
Beberapa bulan setelah peluncuran vaksin, para ilmuwan telah mengidentifikasi potensi efek samping yang serius, tetapi jarang terjadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.