KOMPAS.com - Lolos dari hukuman mati pada detik-detik terakhir menjadi pengalaman berharga sekaligus traumatis bagi penulis Rusia, Fyodor Dostoevsky.
Pada 16 November 1849, Dostoevsky divonis mati oleh pengadilan Rusia karena terlibat dalam kelompok intelektual Lingkar Petrashevsky, yang disinyalir menentang Tsar Nicholas I.
Pada 22 Desember 1849, Dostoevsky dibawa ke alun-alun St Petersburg untuk dieksekusi bersama terpidana lain. Namun, pada detik-detik terakhir, mereka dibebaskan.
Baca juga: Perjalanan Hidup dan Sumber Inspirasi Arthur Conan Doyle, Penulis Sherlock Holmes...
Dilansir Literary Hub, pada hari eksekusi, Dostoevsky dan 21 anggota Lingkar Petrashevsky lainnya dipaksa berlutut dan mencium salib, kemudian menjalani pemenggalan kepala secara simbolis dengan pedang dipatahkan di atas kepala mereka.
Lalu, mereka diikat ke pilar di alun-alun kota dan ditutup matanya, menunggu eksekusi. Namun sesaat sebelum ditembak, utusan Tsar tiba dan mengabarkan eksekusi dibatalkan.
Belakangan, terungkap bahwa eksekusi publik itu hanya rekayasa. Tsar telah mengampuni mereka sehari sebelumnya.
Pembatalan eksekusi pada detik-detik terakhir merupakan tindakan penyiksaan psikologis yang dirancang untuk menimbulkan rasa takut dan membangkitkan simpati rakyat Rusia kepada Tsar.
Peristiwa itu sangat melekat pada diri Dostoevsky. Ia mencurahkan perasaannya setelah lolos dari maut dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada Mikhail, saudara laki-lakinya.
"Ketika saya kembali melihat ke masa lalu, saya memikirkan berapa banyak waktu yang telah terbuang, karena upaya yang salah arah, kesalahan, kemalasan, cara hidup yang salah; dan, betapapun aku menghargai kehidupan, betapa aku berdosa terhadap hati dan jiwaku—hatiku kini berdarah saat memikirkannya. Hidup adalah anugerah, hidup adalah kebahagiaan, setiap menit bisa menjadi kebahagiaan abadi," tulis Doestoevsky.
Dilansir History, sebagai ganti hukuman mati, Dostoevsky dijatuhi hukuman kerja paksa dan mengabdi sebagai tentara. Dia dikirim ke kamp Siberia untuk kerja paksa selama empat tahun.
Dia dibebaskan pada 1854, lalu bekerja sebagai tentara di perbatasan Mongolia. Kemudian, Dostoevsky menikah dengan seorang janda dan akhirnya kembali ke Rusia pada 1859.
Tahun berikutnya, ia mendirikan sebuah majalah dan dua tahun setelah itu melakukan perjalanan ke Eropa untuk pertama kalinya.
Pada 1864 dan 1865, istri dan saudara laki-lakinya meninggal, sementara majalah tersebut bangkrut. Dostoevsky mendapati dirinya terlilit hutang, yang diperparah oleh hobinya berjudi.
Pada 1866, ia menerbitkan novel Crime and Punishment, salah satu karyanya yang paling populer.
Pada 1867, ia menikah dengan seorang stenografer, dan pasangan tersebut melarikan diri ke Eropa untuk menghindari penagih utang.
Baca juga: Mengenang George Orwell, Penulis Kisah Pemerintah Totalitarian yang Awasi Rakyatnya