"Ini yang paling sering digunakan oleh para pembuat hoaks, slippery slope fallacy. Yaitu kesalahan logika berpikir yang terjadi ketika seseorang mengeklaim bahwa satu tindakan atau satu kejadian akan menyebabkan rangkaian peristiwa lainnya" pungkas Haris.
Para pembuat hoaks memanfaatkan kesalahan logika untuk menggiring opini publik dan menyebabkan ketakutan.
Contohnya, perintah dari orangtua untuk sarapan sebelum sekolah. Bila tidak sarapan, anak tidak dapat menangkap pelajaran di kelas, lalu gagal dalam ujian, tidak lulus, sulit mencari pekerjaan, sampai terkurung dalam kemiskinan.
Perintah itu bermaksud baik, tetapi dinarasikan dengan efek domino dan ketakutan.