KOMPAS.com - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak atau UNICEF merilis laporan yang menunjukkan puluhan juta anak di seluruh dunia telantar akibat bencana iklim.
Dilansir AFP, dari 2016 hingga 2021, empat jenis bencana iklim (banjir, badai, kekeringan, dan kebakaran hutan) menyebabkan 43,1 juta anak di 44 negara kehilangan tempat tinggal.
"Ini setara dengan sekitar 20.000 anak kehilangan tempat tinggal setiap hari," kata Laura Healy, co-author laporan tersebut.
Ia menambahkan, anak-anak yang terdampak kemudian berisiko mengalami trauma lain, seperti terpisah dari orangtuanya atau menjadi korban perdagangan anak.
Menurut Healy, laporan tersebut hanyalah puncak gunung es. Masih ada data yang tidak lengkap, seperti kehilangan tempat tinggal akibat kekeringan yang jarang dilaporkan.
"Kenyataannya adalah dengan adanya dampak perubahan iklim, atau sistem pelacakan yang lebih baik, maka jumlah anak yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akan jauh lebih besar," kata Healy.
Laporan UNICEF menyoroti sejumlah negara, seperti China, Filipina, dan India yang mendominasi dengan 22,3 juta anak kehilangan tempat tinggal,
Hal itu disebabkan oleh paparan geografis negara-negara tersebut terhadap cuaca ekstrem seperti hujan monsun dan angin topan serta populasi anak-anak yang besar.
Namun proporsi terbesar anak yang kehilangan tempat tinggal terjadi di negara-negara kepulauan kecil dan di Tanduk Afrika, di mana konflik, cuaca ekstrem, tata kelola yang buruk, dan eksploitasi sumber daya saling tumpang tindih.
Sebanyak 76 persen anak-anak di pulau kecil Dominika di Karibia, yang dilanda Badai Maria pada 2017, kehilangan tempat tinggalnya.
Badai juga menyebabkan lebih dari seperempat anak-anak mengungsi di Kuba, Vanuatu, Saint Martin dan Kepulauan Mariana Utara.
Di kategori anak yang kehilangan tempat tinggal akibat banjir, Somalia dan Sudan Selatan mencatat jumlah tertinggi, masing-masing 12 persen dan 11 persen populasi anak.
Laporan UNICEF juga memuat beberapa prediksi dampak bencana iklim terhadap hilangnya tempat tinggal dalam 30 tahun ke depan.
Misalnya, banjir yang disebabkan oleh meluapnya sungai dapat menyebabkan 96 juta anak kehilangan tempat tinggal.
Sementara, angin topan dapat menyebabkan 10,3 juta anak kehilangan rumah, dan gelombang badai dapat menyebabkan 7,2 juta orang terpaksa meninggalkan tempat tinggal.
Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mengatakan, mereka yang terpaksa meninggalkan rumah akan mengalami pukulan hebat dalam hidupnya.
"Meninggalkan rumah mungkin menyelamatkan nyawa mereka, tapi juga membawa dampak yang amat besar," kata Russell.
Menurut Russell, fenomena tersebut akan terus terjadi seiring dengan meningkatnya dampak perubahan iklim.
"Kita memiliki alat dan pengetahuan untuk merespons tantangan yang semakin meningkat bagi anak-anak ini, namun kita bertindak terlalu lambat," ungkapnya.
UNICEF meminta para pemimpin dunia untuk mengangkat masalah ini pada KTT iklim COP28 di Dubai pada November dan Desember 2023.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.