Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Beredar narasi di media sosial yang mengeklaim buruknya kualitas udara belakangan ini disebabkan oleh penyebaran bahan kimia beracun ke langit atau chemtrail.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut tidak benar atau hoaks.
Narasi yang mengeklaim buruknya kualitas udara disebabkan oleh chemtrail dibagikan oleh beberapa akun Facebook, antara lain, ini, ini, ini, dan ini.
Berikut narasi yang dibagikan:
UDARA SENGAJA DIRUSAK DENGAN ASAP CHEMTRAIL DIATAS LANGIT,UNTUK ALASAN AGAR DIBERLAKUKANNYA LAGI WFH PJJ.
INILAH SKENARIO UNTUK KEPENTINGAN KELOMPOK DAN PENINDASAN KEPADA RAKYATNYA. GW HANYA MEMBERITAHU TERSERAH MAU PERCAYA ATAU TIDAKNYA
Dilansir Kompas.id, belakangan ini, kondisi Jakarta yang berkabut karena polusi udara menjadi perbincangan hangat baik di dunia maya maupun dalam keseharian masyarakat.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) untuk 50 persen ASN dalam upaya mengurangi pencemaran udara di Jakarta.
Akan tetapi, penyebab polusi udara bukan chemtrail. Hasil pemantauan Satuan Tugas Pengendalian Pencemaran Udara selama beberapa hari terakhir menunjukkan delapan perusahaan terindikasi kuat jadi sumber pencemar udara Jakarta.
Sumber pencemar tersebut meliputi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), industri, pembakaran sampah terbuka, dan limbah elektronik.
Sementara itu, chemtrail adalah teori konspirasi yang meyakini bahwa pemerintah atau pihak lain terlibat dalam program rahasia untuk menyebarkan bahan kimia beracun ke atmosfer menggunakan pesawat terbang.
Seperti sudah ditulis Kompas.com, para penganut teori ini menyebutkan bahwa chemtrail dapat dibuktikan dengan adanya jejak putih di langit yang muncul usai pesawat terbang melintas.
Mereka meyakini, jejak putih itu mengandung bahan kimia beracun yang digunakan untuk pengendalian populasi manusia, pengendalian pikiran, atau menyebarkan penyakit.
Akan tetapi, pakar penerbangan mengatakan bahwa kemunculan jejak putih di langit setelah pesawat terbang melintas adalah fenomena biasa yang disebut condensation trail (contrail).
Fenomena tersebut adalah hasil dari pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.