KOMPAS.com - Sentimen terhadap perusahaan farmasi seperti Pfizer memuncak di masa pandemi, terutama soal pengembangan vaksin Covid-19.
Belakangan ditemukan konten di Facebook soal percobaan medis Pfizer kepada 200 anak Nigeria.
Percobaan tersebut mengakibatkan 11 dari 200 anak meninggal dunia.
Unggahannya dapat dilihat di sini, di sini, dan di sini.
"Pfizer memberikan obat percobaan kepada 200 anak Nigeria tanpa memberitahu orangtuanya untuk percobaan medis. 11/200 anak meninggal, lainnya mengalami kegagalan organ, kerusakan otak dan kelumpuha," tulis salah satu akun Facebook pada 6 Agustus 2023.
Narasi tersebut disertai video liputan dari Al Jazeera.
Lantas, bagaimanakah kebenarannya?
Video yang disebarkan di Facebook memang bersumber dari kanal YouTube Al Jazeera English, 27 Juni 2011.
Al Jazeera memberitakan tentang Pfizer yang melakukan uji coba obat Trovan untuk mengobati meningitis pada 1996.
Sebelas dari 200 anak yang diuji meninggal dunia sementara beberapa anak mengalami perubahan anatomi atau deformitas.
Namun, Pfizer membantah bahwa pihaknya melakukan kesalahan.
Pemerintah Nigeria menggugat Pfizer sebesar 2 miliar dollar AS. Namun penyelesaian di luar pengadilan memutuskan, Pfizer wajib membayar kompensasi sebesar 75 juta dollar Amerika Serikat (AS).
Sebagai syarat pemberian kompensasi, Pfizer meminta tes DNA kepada anak-anak yang sebelumnya menjadi obyek uji coba.
Orangtua mereka rela tidak mendapat kompensasi karena ketakutan, mengira tes DNA tersebut merupakan upaya Pfizer untuk melakukan uji coba lainnya.
Pfizer melakukan uji coba antibiotik trovafloxacin (Trovan) dan ceftriaxone terhadap anak-anak yang menderita meningitis.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.