Ganda putra Eddy Hartono/Gunawan harus mengakui keunggulan mantan juara dunia dan juara All England, Park Joo-bong/Kim Moon-soo, 9-15, 15-8, 13-15.
Kemudian, ganda putri Indonesia, Verawaty Fajrin/Yanti Kusmiati, juga tumbang dari Chung So-young/Hwang Hye-young dua set langsung 12-15, 6-15.
Beruntung Indonesia memiliki seorang Susi Susanti. Turun di partai ketiga, Susi yang kala itu masih berusia 18 tahun berhasil menumbangkan Lee Young-suk.
Lewat pertandingan yang sangat ketat. Susi harus bertanding hingga tiga set sebelum akhirnya mengalahkan Lee, 10-12, 12-10, 11-0.
Baca juga: Kilas Balik Tim Sepak Bola Indonesia Raih Emas di SEA Games 1991
Kemenangan Susi pun disambut meriah oleh penonton yang hadir di Istora Senayan. Kegemilangan Susi membuat indonesia memperkecil ketinggalan menjadi 1-2 serta menjaga asa untuk meraih juara.
Susi membangkitkan semangat pemain Indonesia di dua partai berikutnya. Di partai keempat, tunggal putra Eddy Kurniawan menang telak 15-4, 15-4 atas Sung Han-kuk dalam waktu 23 menit.
Kedudukan kemudian menjadi imbang 2-2.
Di partai kelima yang merupakan penentuan, Indonesia menurun ganda campuran Eddy Hartono/Verawaty Fajrin.
Mereka berhadapan dengan Park Joo-bong/ Chung Myung-hee. Eddy Hartono/Verawaty Fajrin tampil memukau dan mampu mengalahkan ganda campuran Korea Selatan dua set, 18-13 dan 15-3.
Baca juga: Verawaty Fajrin, Juara Dunia Badminton Putri Pertama dari Indonesia
Verawaty yang kalah di nomor ganda putri langsung menangis dan bersujud di karpet hijau. Sementara, Eddy Hartono mengacungkan tangan kirinya usai memastikan gelar perdana Indonesia.
Istora Senayan kemudian bagaikan meledak oleh gemuruh dan sorak sorai pendukung Indonesia.
Mata dari para pemain, suporter, dan pelatih memerah karena terharu. Indonesia akhirnya merebut Piala Sudirman setelah menundukkan Korsel dengan skor 3-2.