"Bisa kita lihat seperti Aceh, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat yang kemarin kita tahu ada kasus campak di sana. Itu karena capaiannya tidak optimal," kata dia.
Baca juga: Anak-anak di Garut Terserang Difteri, Imunisasi dan Sanitasi Jadi Penyebab
Persepsi keliru soal vaksin
Nadia menuturkan, masih banyak masyarakat yang memiliki persepsi keliru soal vaksin. Padahal, pandemi Covid-19 seharusnya menjadi bukti bagaimana vaksin dapat membantu mengendalikan wabah.
Salah satu alasan orangtua menolak imunisasi untuk anak yakni ketakutan akan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
Selain itu, menurut Nadia, ada sejumlah alasan lain masyarakat tidak melakukan imunisasi, misalnya takut anak yang tadinya sehat menjadi demam, takut dengan informasi anak menjadi lumpuh, bahkan meninggal, dan rumor soal kehalalan vaksin.
Selain itu ada pula pengaruh dari tokoh agama atau tokoh masyarakat, lebih memilih langsung berobat apabila sakit dibandingkan mencegah dengan vaksin, dan tidak percaya vaksin.
Nadia mengatakan, ketakutan dan ketidakpercayaan pada vaksin juga merupakan akibat dari penyebaran infodemik selama pandemi Covid-19.
Baca juga: Ada Temuan 90 Kasus Campak pada Anak, Pemkot Jakut Kejar Capaian Imunisasi MR
Beberapa hoaks soal vaksin yang muncul selama pandemi antara lain, penerima vaksin akan meninggal dua tahun setelah vaksinasi, vaksin Covid-19 mengandung unsur magnetik, chip pelacak, dan dapat mengubah genom.
Hoaks lainnya, vaksin disebut memiliki efek memperbesar kelamin pria, vaksin diklaim hanya untuk percobaan karena terdapat label uji klinis pada kemasan, vaksin mengandung vero cell dan bahan tidak halal.
Hoaks seputar kesehatan memang telah ada sebelum Covid-19 merebak. Namun, gelombang informasi keliru meningkat pada masa pandemi.
Meski tidak dapat dipetakan dengan data, tetapi penerimaan masyarakat terhadap imunisasi cenderung berkurang.
"Infodemik itu tidak secara rutin kita lakukan monitoring, tetapi memang cakupan vaksinasi atau imunisasi pada bayi itu tergantung pada aspek penerimaan," kata Nadia.
Nadia menyadari, edukasi kepada masyarakat bukan hal yang mudah. Oleh sebab itu, semua pihak diharapkan berperan untuk menjangkau masyarakat yang tidak mendapat akses informasi soal pentingnya imunisasi.
Baca juga: Kasus Campak Meningkat di Sejumlah Daerah di Jatim, Gubernur: Segera Lengkapi Imunisasi Anak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.