Trik dan modus hoaks terkait quick count lainnya adalah dengan cara menyunting judul berita dari media, baik itu media cetak atau media online. Terkadang, penyuntingan juga dilakukan dengan mengganti foto.
Akun Instagram @ayuning28 pada 18 April 2019 membuat unggahan mengenai quick count yang memenangi salah satu paslon dengan mencatut Tirto.id.
Faktanya unggahan itu merupakan hasil manipulasi dengan mengubah informasi yang terdapat dalam situs melalui “inspeksi elemen”. Konten ini sudah di-debunking oleh turnbackhoax.id.
Selain itu pada 2014, beredar narasi hasil survei Gallup Poll, lembaga survei di AS tentang kemenangan Prabowo-Hatta atas Jokowi-JK di iReport CNN. Dalam gambar yang beredar, pasangan Prabowo-Hatta unggul dengan perolehan 52 persen sedangkan Jokowi-JK mendapat 41 persen.
Narasi tersebut awalnya dimuat pada bagian iReport CNN dengan judul “Indonesians Predict Prabowo Will Be Next Indonesia President”. iReport diketahui bukan berita resmi CNN, melainkan blog pengguna situs berita tersebut. Hoaks ini sudah di-debunking oleh Tempo.co.
Beberapa hoaks mengenai quick count adalah hasil manipulasi dari sumbernya. Bentuk manipulasinya macam-macam, mulai dari “inspeksi elemen” hingga mengubah foto dari hasil quick count.
Salah satu bentuk hoaks yang beredar luas kala itu dan mendapat respons yang banyak adalah manipulasi hasil quick count.
Contohnya, akun Twitter @gontaliem mengunggah foto rekapitulasi hasil quick count dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi pada 17 April 2019 pukul 16.52 WIB.
Akun tersebut juga menyebarkan propaganda terkait kredibilitas lembaga survei yang mengunggulkan kemenangan pasangan calon (paslon) lain dalam Pilpres 2019.
Klaim tersebut di-debunking oleh Beritagar.id yang menggarisbawahi bahwa BPN memang merilis hasil quick count mereka.
Namun, angka yang dimunculkan dalam unggahan @gontaliem tidak sesuai dengan klaim BPN. BPN merilis hasil quick count Prabowo-Sandi per 15.45 WIB yakni 55 persen, sementara dalam foto tertulis 62,1 persen.
Muncul unggahan bahwa lembaga survei sengaja memenangkan salah satu pasang calon untuk mengalihkan perhatian publik dan memancing emosi pasangan calon lain.