Tan Malaka menjadi sosok yang menentang keras politik diplomasi pemerintahan Sjahrir. Ia pun lantas dituduh sebagai dalang penculikan Sjahrir pada 3 Juli 1946 di Solo.
Atas tuduhan itu ia ditahan tanpa peradilan. Baru kemudian pada September 1948 ia dibebaskan.
Setelah bebas, Tan Malaka melakukan perjanan ke Kediri pada 1949, namun di sana ia akhirnya mengembuskan nafas terakhirnya.
Tan Malaka tewas dibunuh militer Indonesia di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Dibunuhnya Tan Malaka tidak lepas dari sikapnya yang menentang keras sikap kompromi Pemerintah Indonesia dengan Belanda. Sehingga Tan Malaka harus disingkirkan.
Harry A. Poeze dalam buku Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid 4 (2014) mengungkapkan eksekusi terhadap Tan Malaka atas perintah Letda Soekotjo dari Batalion Sikatan Divisi Brawijaya.
Letda Soekotjo merupakan orang yang berpendapat keras bahwa Tan Malaka harus dibunuh.
Makam Tan Malaka yang tewas di Desa Selopanggung pertama kali diungkap oleh Harry Poeze setelah adanya buku terbitan Belanda yang mengkisahkan tentang kematian Tan Malaka.
Pada 2007 ia pergi ke Indonesia untuk mempresentasikan buku tersebut dan melakukan penelitian untuk mencari letak makam Tan Malaka dengan tepat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.